02. Girl Problems

312 52 61
                                    

Happy Reading!

____________________________

Author POV

Pagi ini, pagi yang cerah. Sudah satu minggu kira-kira, semenjak Rani dan Lisa kembali ke Jakarta. Dan terhitung sudah sekitar 6 hari, mereka menjalani aktivitas biasa di kampus.

6 hari itu juga, Rani tidak berbincang lagi dengan Tian. Entah apa alasannya, Tian jarang menampakkan batang hidungnya ke hadapan Rani. Tidak masalah juga, hanya berbeda beberapa derajat semenjak bertemu di bandara.

Ya, begitulah Tian dan keanehannya.

Rani terduduk santai di sebuah bangku kafetaria. Dengan sekaleng minuman berkarbonasi dan sebuah buku tebal. Tampaknya itu novel British. Rani terlihat sangat asik membacanya. Waktu senggangnya, lumayan bermanfaat.

Seperti biasa, tugas harian gadis ini adalah membuat resume dari semua hal yang ia baca. Bisa dibilang itu adalah hal yang sangat langka di jaman ini, literasi harian. Bukan tugas dari dosennya juga, ini hanya kebiasaan Rani sendiri-sudah sejak SMP.

Maka dari itu, ia sangat terbiasa menulis dan terbiasa membaca. Tidak heran juga hidupnya sangat teratur walau tak membuat jadwal harian.

"Rani, ngegalau terus ya kerjaannya" ucap seorang perempuan sambil menempelkan sekaleng Root Beer di pipi gembil Rani.

"Aw!" pekik Rani terkejut. "Anya!" Rani merasa sedikit terganggu.

"Hehe, ya maaf dong" ujar si gadis yang tadi disebut namanya. Anya, kawan seperjuangan Rani semenjak SMP. Anya langsung duduk tanpa permisi. Tidak mungkin ditolak juga, haha.

Tuan rumah (oh, meja maksudnya) menutup novelnya dengan paksa. Ia melipat tangannya, lalu melontarkan sebuah pertanyaan. "Gak ada kelas lo?" Suara Rani terdengar kesal sekarang.

"Nggak ada," jawab Anya menggantung. Senyumnya terpasang singkat, lalu kembali ke posisi bibirnya awal. Anya meneguk minumannya sedikit, sambil memainkan ponselnya.

"Gimana Surabaya? Asik?"

"Biasa aja sih, gitu-gitu aja" ujar Rani sembari memerhatikan ponsel Anya. Tiba-tiba saja, ponsel itu mengarah padanya. Langsung saja dengan satu gerakan, benda itu sudah ada di genggaman Rani.

Terlihat wajah Anya langsung cemberut lucu. Sedangkan Rani tertawa puas. Hobi Anya sejak SMP, memotret diam-diam orang terdekatnya. Rani tidak pernah menjadi korban, karena kegiatan itu sudah terlacak dari lama. Anya adalah kolektor aib, tapi sendirinya tak mau di-aibkan.

"Hape gue balikin," cicit Anya sambil mengetukkan jari-jarinya di meja.

"Ntar aja," balas Rani sambil menyala-matikan ponsel Anya.

Bolamata Anya memutar kesana-kemari, mencari pria tampan. Hobinya selain memotret adalah mencuci mata-melihat ketampanan siapapun itu. "Btw, Ran. Gimana lo sama Tian?" Tanya Anya tiba-tiba, teringat akan suatu hal.

Jadi waktu Rani dan Lisa sampai di apartemen, Anya sudah siap menyambut di lobi. Namun ada pemandangan aneh disana; Tian yang membuka pintu bagasi dan menurunkan koper dua gadis itu.

Oh, pintu mobilnya juga ia buka untuk Rani dan Lisa. Sungguh, apa-apaan itu?

"Terakhir ketemu di bandara. Habis itu ga ketemu lagi," ujar Rani, dengan kedua matanya yang menelusuri wajah Anya. Tiga tahun tak bertemu, gadis di depannya ini bisa dibilang semakin cantik.

Bertambah umur orang disekitarnya, membuat aura wajah mereka menjadi sangat rupawan. Melihat wajah Anya sekarang, membuat Rani heran. Benarkah ini gadis dari acara Bina Iman sekolah, yang tiba-tiba mengenalkan diri dan berteman dengannya?

LOVE REWIND [WenYeol] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang