WARNING!!
Ada sedikit adegan dewasa disini. Tapi penting sih, buat cerita ini. Kalo belum cukup umur dan nggak suka, boleh skip. Dikit sih aslinya, seriusan deh:".
.
.
Anyway, happy reading!
___________________
"Nya, sini!" Panggil Rani di kursinya. Warung itu tidak penuh memang, tetapi terdapat beberapa pelanggan yang jalan-jalan di warung itu. Setelah beberapa saat, Anya langsung tahu dimana Rani dan Lita duduk.
"Huh, sorry I'm late" Ujar Anya setelah duduk. Lita hanya menyapa Anya dengan lambaian tangan kecil, dibalas senyum oleh Anya. Jujur saja, Anya masih kesulitan menerima Lita disini.
"Pesen dulu gih," suruh Rani. Anya menunjuk Rani terlebih dahulu. "Gue? Pesen bakmi goreng," kekehnya. Dan Anya baru tahu, ternyata ada warung lalapan yang menjual chinese foods.
Telunjuknya beralih ke Lita, yang duduk di depan Rani. "Gue pesen ayam, Nya" Anya lalu beranjak dari duduknya, entah memesan apa. "Oh iya, Ran. Lo kenapa ga pesen ayam?" Tanyanya, ketika menyadari Rani tak pesan ayam goreng.
"Ew, gue gak doyan ayam. Kecuali kalo udah dipotong kecil-kecil, sampe ga ketara kalo itu ayam" Lita hanya ber-oh ria waktu mendengarnya.
"Pesen apa lo, jadinya?" Tanya Lita dan Rani-tak sengaja bersamaan. Anya yang baru saja duduk lagi, hanya melirik keduanya bergantian. Tumben saja kompak, pikirnya.
"Pesen bakmi juga.. Gue lagi ogah pake tangan," bibir Lita seketika mengerucut. Tak apalah, Lita juga belum pernah makan lalapan. Tak lama setelah Anya duduk, tiga gelas es teh manis datang.
"Gue tahu, kenapa lo ogah pake tangan" ujar Rani disela kegiatannya-menyeruput es teh. Anya hanya menoleh tanpa minat, matanya juga masih sayu. Ya, terkena angin begini membuatnya mengantuk parah.
"Lo mau foto aib, kan?"
Seketika itu juga, Anya terbatuk kecil. Sialan, kenapa ketahuan lagi sih? Padahal, Anya sudah menyiapkan kamera polaroid untuk memotret momen langka. Ya, Lita makan lalapan dengan tangan adalah momen langka-yang sepertinya harus diabadikan.
Tetapi tenang saja, semua momen aib itu hanya tersimpan di Anya-tidak disebar. Kecuali diberi izin, baru ia sebar atau edit menjadi stiker WhatsApp. Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Baru saja Anya mau menyuap bakminya, datang seorang lain yang sudah bisa ditebak.
"Lo tuh, kabur mulu dari gue. Kenapa sih?" Tama menepuk bahu Anya dengan napas tersengal-sengal. Melihat itu, Lita hanya cengo sedangkan Rani sudah tertawa.
Bucin banget! -Rani
"Lo ga pamit ke Tama?" Tanya Rani kemudian. Yang ditanya, hanya menatap heran kepada Tama. "Ya pamit dulu harusnya, diapa-apain udah dibantuin piket"
Peristiwa manis itu mulai terputar ulang pada benak Rani. Sewaktu keluar kelas tadi, Rani lihat ada teman-teman piket Anya. Dua orang, kebetulan kenal dengan Rani. Lalu dia bertanya pada mereka, tentang keberadaan Anya.
"Anya piket, Ran. Dia udah sering banget bolos, ya kita tinggallah" jawab salah satu anak, namanya Naya kalau tidak salah. Mendengar itu, Rani bergegas menuju kelas Anya-mau membantu piket maksudnya.
Sesampainya di depan kelas, Rani melirik sedikit pada pintu yang terbuka. Wow, ada Tama juga disana-sedang asik menyapu bersama Anya. Terlihat manis sekali. Maka dari itu, Rani langsung bertolak menuju warung-bersama Lita.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE REWIND [WenYeol] √
Fanfiction[completed] Pernahkah kau jatuh cinta, tapi tak tahu untuk siapa? Memang, cinta ini sudah pernah ada. Dia yang pertama, tapi bukan terakhir untukku. Awalnya, aku meragukan adanya 'cinta kembali'. Tapi ternyata, itu benar adanya. Dan konyolnya, itu...