08. Perfect Strangers

145 27 59
                                    

"Kak Rani yang presentasi aja ya, please.." ujar seorang pemuda yang duduk di samping Rani. Di siang bolong ini, mata Rani sedang sayu. Ia mengantuk karena kemarin malam begadang.

Pekerjaan 3 anggota kelompoknya, yang termasuk dirinya sendiri, sudah selesai. Tapi ada satu yang belum beres. Si anak muda ini, yang mana adalah mahasiswa program akselerasi. Iya, dia yang belum selesai.

Sebenarnya, deadline masih minggu depan. Salahkan saja kelompok Rani yang terlalu rajin. Setelah dibagi kelompok, mereka langsung mengerjakan hingga selesai. Ketika menghubungi sang dosen, Rani diberitahu untuk mengadakan kelas dadakan—hanya untuk presentasi.

Beruntungnya, ada dua kelompok lain yang sudah selesai juga.

Wah, kelas yang ambisius ternyata.

"Kok gue?!" Gerutu Rani sambil menggaruk tengkuknya kesal. Setelah itu, Rani menguap lebar. Biasanya memang begadang. Tapi kemarin itu, dia ingin cepat tidur.

Dan rencananya itu, dikacaukan oleh pemuda di sebelahnya.

Bagaimana tidak? Gaya ketiknya itu berantakan. Kata-kata baku, tanda baca, bahkan analisisnya saja ada banyak yang salah. Dan lagi, dia mengumpulkan yang paling terakhir, pukul sepuluh malam tadi. Aduh, Rani jadi pusing. Dan sekarang, enak sekali dia memohon-mohon untuk Rani saja yang presentasi.

"Lo ngumpulin terakhir. Lo aja," ujar Rani sambil meregangkan otot tangannya.

"Hush, Jian makin gak tau malu ya!" Bentak seorang gadis yang lebih tua dari Rani. Dia mencubit rambut, yang ada di dekat telinga Jian. Ugh, sadis.

"Haha. Aneh-aneh sih lo! Makanya, jangan nge-game terus" kata mahasiswa di belakang Rani. Kalau tak salah, Reno namanya.

Reno dan Jian berasal dari satu SMA yang sama, satu angkatan pula. Tapi mereka berdua mengambil program akselerasi. Sehingga menjadi satu kelas dengan Rani, kakak kelasnya.

"Kak Anna, pinjam novelnya dong" pinta Rani, kepada gadis yang tadi mencubit Jian. Anna satu tahun lebih tua dibanding Rani. Sempat menganggur satu tahun setelah lulus SMA, akhirnya menjadi teman satu kelas dengan Rani.

Baru saja Rani membaca sinopsis buku itu, kelompoknya sudah di panggil. Kak Anna dan Reno langsung menyuruh Jian untuk segera maju. Jian tidak cepat maju, malas sama dosen killer. Dirinya tergerak untuk melirik Rani. Mengantuk, terlihat lelah. Akhirnya Jian maju.

Haha, Jian masih punya hati.

Presentasi berlangsung canggung. Anak-anak satu kelas menahan tawa, terlebih Reno. Jian tidak terlalu paham dengan tugasnya, patutlah sedikit terbata-bata dia.

Selama Jian maju, Rani juga terus memantau Jian. Takutnya ada salah penjelasan yang dia katakan. Syukurlah, walau terbata-bata presentasi itu cukup lancar dan kondusif. Beruntunglah editornya Rani, sehingga kata-kata presentasi itu mudah dipahami.

Ponsel Rani bergetar di tasnya. Tian, mengirim pesan lagi padanya. Selama ini, hubungan mereka normal. Tapi begitulah. Tian hanya berani bertutur kata dengan Rani, lewat media pesan. Bertemu langsungpun, hanya saling senyum—bahkan acuh. Ya sejak kemarin, pemuda itu sedikit berubah.

Cih, licik sekali Tian.

Istirahat lo kapan, Ran?

Dahi Rani sedikit bertaut kala membacanya. Biasanya, kelas pak Prabu berlangsung dalam satu jam. Tapi sekarang presentasi. Kelasnya sudah dimulai sejak pukul 11.00 tadi. Oh, 10 menit lagi selesai. Segera, Rani mengetik balasan kepada Tian.

Pukul 12.00 siang, waktu istirahatnya. Iya, waktu dimana bumi berputar dan pulau Jawa berada tepat di bawah matahari.

Kata Tian, ada titipan dari Lita. Hmm, Rani penasaran. Apa boleh buat? Rani hanya mampu menunggu waktu istirahat.

LOVE REWIND [WenYeol] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang