Karena ternyata lebih enak ngetik di hape...Lanjutannya Pio ketik di hape aja ya:'))
Fiks nanggung!
Btw, Pio baca chap sebelumnya auto kena trigger lagi sih:'))
P.s : mengandung bawang, full angsty
Happy Reading!
___________________________
[Media harap diputar, agar semakin menghayati ketika membaca]
.
.
.Risih sama kamu, bukan berarti kalo ngilang aku jadi bahagia.
.
.
.Tian langsung membawa Lita ke Rumah Sakit. Tak lupa, lelaki jangkung itu juga menghubungi Dean dan Jennie. Setelah Lita ditangani lebih lanjut, Tian mendudukkan dirinya di kursi tunggu.
Pandangannya kosong. Sungguh, ia tidak paham situasinya. Tetapi menurut pemahamannya, mungkin benar Rani yang membunuh Lita.
Ia sangat tahu, apa yang membuat Rani sesak selama ini. Kalau dia tahu tujuannya merawat Lita adalah untuk dibunuhnya di akhir, kenapa seniat itu?
Kenapa tak langsung dia bunuh saja? Bukannya Rani punya banyak kesempatan?
Ah, tapi rasa gengsi itu menyelimutinya lagi. Biarlah dia tetap menganggapnya begitu, toh tak ada bukti yang konkret. Semuanya abu-abu, tidak jelas.
Sekarang ini, Tian benar-benar bingung. Entah mau percaya hati atau percaya matanya. Hatinya kecewa dengan apa yang dia lihat, terlebih sedang di tahap awal jatuh hati pada Lita.
Ah, bukan begitu sih. Hanya saja, Tian baru sadar kenapa sejak dulu Rani berharap bisa dekat dengan Lita. Karena anak itu sebenarnya menyenangkan.
Dan untuk matanya, mau tak mau Tian harus percaya. Begitu pikirnya. Karena sampai akhir tadi, pisaunya tetap dipegang Rani. Iya, Rani pegang pisaunya.
"Kalo sampe ada polisi, gimana ini anjir?"
Tapi kalau Rani bunuh Lita, apa alasannya?
Sudahlah, pikiran Tian juga tak kalah kacaunya dengan pikiran Rani. Hanya saja Rani trauma, melainkan Tian tidak.
Ada marah dalam dirinya, kenapa harus ada Rani disana sih? Andai saja perempuan itu tidak ngotot untuk berkawan dengan Lita. Iya, andai saja!
Pasti tak akan serumit ini.
Ah, lagi-lagi kuingatkan ya. Pihak yang diuntungkan dari bunuh diri itu adalah Lita sendiri. Diapa-apakan, gadis itu memang ingin meraih kebahagiaan sendiri-yaitu dengan mengakhiri hidupnya.
Karena memang seharusnya Rani tak ada disana. Kalaupun ada dan berakhir Rani pegang pisaunya, ya berarti salah Rani. Begitulah konsep yang berulangkali Lita pikirkan.
Benar-benar tak ada tanggungjawabnya samasekali.
Dan benar pemikiran Rani. Perlahan ada rasa benci yang tersemat pada pikiran Tian. Iya pikiran, bukan hati.
Karena pada akhirnya, Tian memutuskan untuk percaya matanya sendiri.
***
Sepulang dari kampus, Anya juga langsung menelepon Lisa.
Oh iya, kalian penasaran dengan yang Tama pikirkan dengan 'plastik' tidak?
Jadi setelah Anya mendapatkan plastik dari bu kantin, kebetulan ukurannya cukup. Darah dari pisaunya tak dibersihkan, langsung saja dimasukkan disana. Kebetulan Tama juga pakai sarung tangan, agar sidik jarinya tam terdeteksi. Lalu ditinggal begitu saja, di bawah wastafel.
![](https://img.wattpad.com/cover/212074667-288-k744397.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE REWIND [WenYeol] √
Фанфик[completed] Pernahkah kau jatuh cinta, tapi tak tahu untuk siapa? Memang, cinta ini sudah pernah ada. Dia yang pertama, tapi bukan terakhir untukku. Awalnya, aku meragukan adanya 'cinta kembali'. Tapi ternyata, itu benar adanya. Dan konyolnya, itu...