⚠️Sexual assault⚠️Jika tidak nyaman dengan hal-hal berbau 'pelecehan seksual' sangat dipersilakan untuk melewatinya
Happy Reading!
_______________________
Bukan ini yang Lita harapkan.
Gadis itu salah mengira. Dengan kemunculan Tata—si anak kecil dalam dirinya—yang mendadak memeluk erat bahu lebar Tian tadi, ia kira pemuda itu akan lebih perhatian padanya. Seperti mengajak ngobrol misalnya. Itu angan Lita, ia kira begitu!
Dan ternyata tidak. Sungguh menyebalkan. Di depan matanya sendiri, sepasang insan yang tak seiras itu bercanda tawa. Mereka saling bertukar pikiran sembari mengunyah sarapan masing-masing. Tak sengaja, tuan dan puan itu mengacuhkan keberadaan si gadis berparas lugu—yang akhirnya memilih tenggelam dalam ponselnya.
Itu ia lakukan, karena tampaknya sedang kehabisan ide untuk mendekati sang tuan.
Tampak luarnya saja Lita terlihat kalem. Padahal mulut, hati, dan otaknya saling bertukar sumpah serapah tentang pemandangan di depannya.
"Eh, Lita. Kalo mau sarapan, tuh tempenya masih ada di dapur. Ambil aja ya," tokoh utama kesayangan kita—Rani, dengan tulusnya mengajak Lita untuk sarapan juga. Sebagai orang normal, bukankah menyenangkan bila diberi seulas senyum cantik—oleh gadis semanis Rani?
Begitu pula Lita, senang sebenarnya. Namun seiring waktu, rasanya gadis itu ingin muntah—bisa-bisanya Rani tersenyum kala ia merana begini? Gadis kurangajar, pikirnya.
"Ah iya, makasih" terbayang tidak, betapa beratnya mulut Lita untuk berucap kalem saat itu? Panas! Hatinya itu sedang panas! Terlebih, mata Tian terus menatap Rani dengan tulus. Mungkin saat ini, darahnya sudah mendidih.
Nggak doyan tempe, apalagi yang masak musuh sendiri -Lita
"Iya Lit. Kalo udah ambil, gabung sini yuk ngobrol" ajak Tian, walau sebenarnya ragu juga Lita bakal nyambung atau tidak dengan obrolan mereka.
"Hehe, aku udah sarapan"
Makan hati sendiri sih. Kenyang! -Lita
"Oh gitu. Siniin piring lo, Ti. Biar gue cuci sekalian,"
Kemudian Tian segera berdiri. "Cuci bareng aja! Gimana?" Rani mengulum bibirnya sendiri, tampak berpikir. Sejenak terbayang, betapa menyusahkan bila cuci piring saja harus berdua.
Pingin banget, gue buang ke rawa-rawa tuh dua piring -Lita
Jujur saja, Lita hanya mampu meregang nyawa—oh, meregangkan tangan maksudnya—sambil memasang wajah datar. Gadis itu buru-buru memasukkan ponsel ke dalam tasnya.
"Lo cuciin aja deh. Gimana?" Rani mengedipkan mata, meminta persetujuan Tian. Laki-laki itu akhirnya menghela napas, lalu menumpuk bekas makan keduanya.
Kalo gue pacaran sama Tian, enak kali ya. Punya babu sendiri gitu -Lita
Tanpa sadar, Lita menepuk bibirnya pelan. Bisa-bisanya ia menggumamkan itu, teruntuk pangeran berkuda poni kesayangannya. Tapi benar, mungkin Tian adalah tipe laki-laki yang santai saja untuk disuruh ini-itu. Oh, senang membayangkannya.
"Ya udah, lo minum dulu" tak lupa, Tian mengusap pucuk kepala Rani. Setelah pemuda itu pergi, jujur saja Rani langsung bergidik.
Itu tadi, Tian menggombalinya? Basi juga ternyata, ya. Haha, tapi lucu. Kalau Tian yang melakukannya, seperti sudah normal begitu.
Anjir! Rani malah keliatan kek puppies gitu, lucu -Lita
Lita segera menggelengkan kepalanya. Sudah tidak waraskah dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE REWIND [WenYeol] √
Fanfiction[completed] Pernahkah kau jatuh cinta, tapi tak tahu untuk siapa? Memang, cinta ini sudah pernah ada. Dia yang pertama, tapi bukan terakhir untukku. Awalnya, aku meragukan adanya 'cinta kembali'. Tapi ternyata, itu benar adanya. Dan konyolnya, itu...