26. Melukis Senja

56 14 15
                                    


Happy Reading!
__________________________

"Tian! Mau kemana sih?!"

Lita capek, ditarik terus tangannya oleh Tian. Daritadi langkah mereka berdua tak kunjung berhenti. Baru ini akhirnya berhenti, di sebuah tempat yang sepi-tepatnya dekat toilet umum.

Tian terlihat kesal, berusaha menunda emosinya sejenak. "Lit! Kenapa lo suka ngomong jahat ke Rani?!"

Lita terdiam sejenak, kemudian tertawa. "Kamu marah ke aku, cuma karena itu? Serius? Itu bercanda, Ti!" Lagi-lagi hatinya patah, alasan Tian marah hanya karena dia mengejek Rani. Lagi-lagi Rani. Rani terus, Rani!

"Bisa dibilang bercanda, kalo Rani ikut ketawa. Dan lagi, omonganmu gabisa dijadiin bercanda!" Tian mencoba menjelaskan, hingga akhirnya Lita hanya menunduk. Bukan menyesal, tapi iri kepada Rani.

Lita dimarahin karena Rani. Iya, inti kegalauannya sekarang itu.

"Maaf-"

"Maafnya ke Rani," ucap Tian dengan suara dingin.

Tian ini, tidak paham perasaan Lita ya? Lita ingin menjadi prioritas, ingin menjadi satu-satunya pemilik hati seorang Christianno Siregar. Tapi, kenapa Lita harus dimarahi? Bukankah Tian harusnya tahu, kalau pujaan hatinya sekarang memang suka mendekati pria lain?

"Gue udah berusaha paham perasaan lo, Lit. Bahkan gue juga berusaha, buat kenal lo lebih dekat. Tapi, bukan berarti lo harus ngejek Rani kaya gitu. Dia bahkan ketawa aja enggak," ucap Tian melembut, dengan netra yang bergerak ke sembarang arah.

"Bisa nggak, jangan ngomongin Rani kalau sama aku?"

Mata Tian membelalak, terheran. Mereka tidak akan membicarakan Rani, kalau saja Lita tidak berkata begitu pada Rani. Mau menjelaskannya bingung, karena seharusnya Lita sudah tahu itu.

Aduh, sudahlah bingung.

Suasana canggung itu bisa sampai besok, kalau saja Dean tidak tiba-tiba datang. Lelaki itu menghampiri keduanya. Bertepatan itu, ponsel Tian berdering. Melihat kalau atensi Lita sudah berubah sepenuhnya karena Dean, Tian menjauh sedikit.

"Lit, mama kangen kamu"

Lita tentunya bingung. Dean tadi terlihat sangat seru bersama Rani. Terus, ini kenapa tiba-tiba menghampirinya. "Mama ngajak kamu makan malem. Nggak apa-apa, Ti?" Lanjut Dean, sambil mengerlingkan matanya ke Tian.

"Oh? Ya, enggak apa-apa. Lita gimana?" Tanpa sadar Lita mengangguk pelan. Dalam hatinya senang, karena Dean masih mau menghampirinya.

"Yaudah, kita duluan ya Ti" Tian mengangguk cuek. Wah, akhirnya bisa terlepas dari Lita. Dirinya lalu melanjutkan langkah kakinya ke arah tempat parkir.

Seusainya menjelaskan kalau mamanya kangen Lita, Dean berujar maaf dan melangkah mendahului gadis itu. Lita yang sedaritadi linglung akan keadaan, langsung memeluk Dean dari belakang.

"Lho? Nggak pesen ojek?" Tanya Dean, berusaha melawan jantungnya yang sedang berdegup kencang. "Biasanya kalo nggak ada Tian, lebih milih ngojek." Dean sengaja menggoda Lita begini.

Pukulan bersahabat terasa lagi di punggung Dean. Lelaki itu tertawa kecil, sambil berbalik badan. Sedikit terkejut melihat Lita menangis. "Jangan nangis, cantik. Tadi bercanda doang,"

"Tapi aku nggak ketawa," cicit Lita yang langsung didekap Dean. Dalam rengkuhan Dean, tangis Lita semakin menguar disana.

Lelaki itu rela saja menjadi pelampiasan. Asalkan gadisnya bahagia, akan ia usahakan. Hanya karena pelukan ini, Dean merasa kalau senja kala itu jauh lebih indah dibanding jutaan senja yang telah ia lewati seumur hidup.

LOVE REWIND [WenYeol] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang