5. Mimpi Buruk

13.4K 1.4K 8
                                    

Faenish menutup pintu Kamar Terlarang, tempat Evert kini beristirahat. Dokter menyarankan Evert untuk berada di sana agar membantu ingatannya cepat kembali. Faenish tidak hanya menyangsikan hal itu, ia bahkan sedikit khawatir meninggalkan Evert di tempat yang selama ini tak boleh dimasuki siapa pun selain Nenek Magda. Namun tak ada yang bisa dilakukan Faenish. Ia tidak memiliki hak untuk melarang siapa pun masuk ke kamar itu.

"Ayo pulang Ma," seru Faenish.

"Maaf sayang, tetapi bisakah kita tinggal di rumah ini untuk beberapa hari ke depan?" ujar Sarashalom.

"Kita?"

"Ya. Kau dan mama. Ini hanya sampai cucu Nyonya Magda datang."

"Kenapa kita harus tinggal di sini?"

"Tuan Evert membutuhkan kita di sini."

"Bukannya keluarga Nenek Magda belum mengakui dia sebagai anggota keluarga. Kenapa mama sudah menganggapnya tuan rumah?"

"Nyonya Magda tidak akan mengizinkan siapa pun masuk ke Kamar Terlarang. Jika Tuan Evert ada di sana, bukankah itu artinya dia memiliki hubungan yang dekat dengan Nyonya Magda?"

"Bagaimana kalau dia masuk sendiri atau orang lain yang meletakannya di situ tanpa sepengetahuan Nenek Magda?"

"Apa kau pikir itu mungkin? Seingat mama, tak pernah ada orang yang menyusup ke kamar itu tanpa ketahuan."

"Baiklah. Anggap saja dia memang keluarga Nenek Magda, tetapi kenapa kita harus tinggal di sini juga?"

"Tuan Evert bilang tubuhnya belum pulih benar, ia akan banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat di tempat tidur. Jadi ia meminta tolong kepada mama untuk merawatnya di sini. Selain itu, Yudi meminta kau untuk sering berbincang dengan Tuan Evert karena dokter menyarankan agar Tuan Evert memiliki teman seusianya."

"Yudi?"

Kini Faenish mengerti apa maksud 'hadiah kecil' yang dikatakan polisi aneh itu. Ia membuat Faenish dan Evert tinggal dalam satu rumah, entah apa yang ada di pikirannya.

Hal ini seharusnya bagus. Faenish tak perlu memeras otak untuk mencari cara agar ia bisa berada kurang dari lima meter di dekat tubuh Evert. Hanya saja masalahnya adalah Faenish tak ingin berlama-lama di rumah tempat kenangan akan Nenek Magda ada di mana-mana.

"Baiklah," jawab Faenish akhirnya. Ia juga butuh akses ke perpustakaan untuk mencari segel yang mengikatnya. Mungkin tinggal di rumah ini adalah pilihan terbaik. "Kalau begitu aku akan kembali ke kamar."

Faenish tak bisa mencegah dirinya untuk tidak mengembuskan napas berat saat melihat sosok transparan Evert melangkah mengikutinya masuk ke kamar. Jarak antara Kamar Terlarang dan kamar Faenish lebih dari lima meter. Jadi mulai sekarang, mau tidak mau Faenish harus membiasakan diri tidur dengan sosok transparan mengawasinya.

Faenish tahu hal ini tak terelakkan, tetapi tetap saja rasanya tidak nyaman.

Jangankan bisa tidur nyenyak, Faenish hampir tidak bisa memejamkan mata. Sekalinya tertidur, ia justru bermimpi buruk.

Mimpi yang menghampiri Faenish malam ini masih sama dengan mimpi yang biasa ia dapatkan saat tidak enak badan atau terlalu banyak pikiran. Faenish akan berada di suatu hutan bersama dua orang yang tak bisa ia ingat siapa. Lalu tiba-tiba perutnya terasa sakit karena sebuah panah tertancap di sana. Tanpa mengeluarkan panah di perutnya, kedua orang yang bersama Faenish akan menyeretnya lebih memasuki hutan dan berhenti di sebuah goa sempit. Kedua orang itu kemudian berdebat tentang apa yang harus mereka lakukan kepada Faenish dan akhirnya salah satu dari mereka berjalan mendekati Faenish.

ATTACHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang