Saat Faenish akhirnya berada di dekat kepala ular yang menabrak dinding, ia melihat kedua sahabatnya. Mereka berdua sedang terbaring tak jauh dari mulut ular dan dalam keadaan sadar, hanya saja pecahan batu dan gundukan tanah mengubur beberapa bagian tubuh mereka.
Buru-buru Faenish menyingkirkan bebatuan dan tanah yang menutupi kedua sahabatnya. Ia tidak tega melihat kondisi Ryn yang tampak kesakitan, serta Drina yang salah satu kakinya terjebak di dalam mulut si ular.
Ezer ikut bergerak untuk membantu mengangkat bagian atas mulut ular secara perlahan agar Faenish bisa membantu Drina mengeluarkan kakinya.
Drina tampak menahan sakit saat mencoba memindahkan kaki, tetapi ia mengatupkan mulut kuat-kuat agar tidak menjerit. Saat akhirnya kaki kiri Drina bisa dikeluarkan, Faenish memperhatikan bahwa kaki Drina tidak hanya bengkak, terdapat luka yang menganga lebar di sepanjang betisnya.
Dengan cepat Faenish membantu membersikan luka di kaki Drina, sementara Drina sendiri meraih beberapa botol ramuan dari kotak P3KD. Di sisi lain, Ezer tampak membantu Ryn dengan pundaknya. Faenish sempat mendengar Ryn berteriak bersamaan dengan bunyi 'kretek' mengerikan saat Ezer memperbaiki letak tulang Ryn yang agak bergeser.
Tak hanya disorientasi sendi, Ryn juga mengalami beberapa memar di tubuhnya. Namun karena letak memar sebagian besar terdapat di bagian tubuh yang tertutup pakaian maka Faenish harus ikut turun tangan membantu Ryn mengoleskan ramuan di tubuhnya.
"Maaf, dan terima kasih kau datang untuk mendorongku," ucap Ryn. Ramuan obat di tubuh gadis itu sudah mulai bekerja sehingga ia bisa menyeret diri mendekati Drina.
"Oh, aku dengan senang hati mendorongmu menjauh dariku sekarang. Jangan bergerak untuk memelukku, Ryn." Drina mendorong pelan tubuh Ryn yang mulai menampakkan tanda-tanda akan memeluknya dengan satu tangan. "Peluklah dirimu sendiri atau peluk saja ular itu sekalian."
Ryn memasang wajah cemberut sebelum melirik sosok ular yang masih terdiam kaku dengan tatapan ngeri. "Astaga, dia mengedipkan mata."
"Selamat untukmu, dia tampaknya menyukaimu," sindir Drina.
"Maksudku dia mulai bergerak," jerit Ryn frustrasi. "Bagaimana ini?"
Faenish ikut memandang ke arah mata si ular dan mendapati bola matanya bergerak.
"Kita sebaiknya segera keluar dari sini," usul Faenish. "Apa kau sudah bisa bergerak, Drina?"
"Aku baik-baik saja," sahut Drina. "Selama tidak terkena air, dalam beberapa menit lukanya akan tertutup sempurna. Lagi pula jika ini memang makam palsu milik Nenek Magda maka kita tinggal keluar dari sini dan mencari portal ke kamarku yang kubuat di makam kakek Fael."
Tanpa membuang waktu lagi, Faenish segera membuat segel untuk mengangkat mereka berempat ke langit-langit ruangan yang ditunjuk Ezer. Faenish kemudian membuat segel agar mereka bisa menembus permukaan tanah.
Begitu mereka keluar, keadaan berubah gelap. Butuh beberapa saat hingga mata mereka bisa terbiasa dengan suasana malam hari di area pekuburan umum. Hal ini dipersulit oleh hujan yang cukup deras.
"Oh tidak—" Drina tidak sempat melanjutkan kalimatnya karena terdengar sebuah suara tepukan tangan yang cukup keras dari seseorang.
Ryn menjerit ketakutan dan langsung memeluk Faenish yang berdiri di sampingnya.
Sosok bertopeng hitam melangkah mendekat dalam lindungan sebuah payung. Faenish dapat melihat detail topeng berupa ukiran bunga-bunga kecil berwarna merah darah tersebar di sekitar area mata.
"Pertunjukan yang menarik. Selamat, kalian berhasil keluar. Saya rasa sudah saatnya kita berbicara dengan serius. Namun rasanya saya kurang sopan jika membiarkan para tamu berdiri di tengah hujan seperti ini. Mari, saya sudah menyiapkan tempat yang lebih layak untuk kita semua." Sosok itu menunjuk batang pohon di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATTACHED
FantasyBuku Kedua dari empat buku dalam seri T.A.C.T. (Fantasy - Romance) Apa yang akan kamu lakukan saat mencuri dengar seorang penyusup sedang menantang majikan tuamu untuk bertarung? Atau ketika seseorang yang kau ketahui bukan manusia normal sedang men...