30. Ular Tangga

8.6K 1K 10
                                    

Ada yang aneh dengan papan ular tangga di depan mereka. Angka yang menandai masing-masing kotak diletakkan tidak berurutan. Kotak pada pojok kiri bawah menunjukan angka 69 sementara angka satu justru ada di baris ketiga. Angka-angka lainnya juga menyebar secara acak.

Di samping kiri kotak nomor 69, berdiri dua bidak berbentuk miniatur manusia yang terbuat dari kaca-kaca berwarna. Kedua miniatur tersebut menggambarkan sosok Faenish dan Ezer. Bersama kedua miniatur itu terdapat dua buah dadu, salah satu dadu terbuat dari bebatuan yang bercahaya, sedangkan yang lainnya terbuat dari kayu hitam yang dipoles mengilap.

Selain miniatur yang menyerupai Faenish dan Ezer, di atas kotak nomor 23 yang terdapat di baris keenam dan kolom ke empat, berdiri dua bidak lain yang membentuk minatur Drina dan Ryn.

Sepertinya kedua sahabat Faenish sudah ada di dalam permainan.

Faenish begitu ingin meraih dadu di atas papan dan melemparkannya untuk menyusul Drina serta Ryn. Namun entah kenapa ia menyempatkan diri menatap ke arah Ezer untuk meminta persetujuan.

Seakan mengerti apa yang diinginkan Faenish, Ezer menganggukkan kepala singkat.

Tanpa membuang waktu lagi, Faenish langsung melemparkan kedua dadu ke atas papan permainan. Dadu pertama kemudian memberikan angka 3 dan dadu kedua memberikan angka 4. Kedua miniatur yang menggambarkan sosok Faenish dan Ezer maju sebanyak 7 langkah sehingga kini mereka berada di kotak dengan nomor 12.

Sebuah pintu dengan angka 12 muncul di depan Faenish dan Ezer, bersamaan dengan menghilangnya papan permainan ular tangga.

Di balik pintu, terdapat ruangan lain dengan ukuran sekitar sepuluh kali sepuluh meter. Berbagai macam rantai dan gir menyebar di seluruh penjuru ruangan bersama dengan kapak raksasa yang berayun-ayun, tombak-tombak yang beterbangan, serta beberapa macam benda tajam lain yang membentuk halang rintang.

Miniatur pulau yang merupakan papan permainan terlihat mengambang di ujung lain ruangan.

Faenish baru saja hendak menggambar segel pelindung ketika Ezer mencegahnya. "Simpan tenagamu untuk membuat segel nanti, kita akan melewati ini dengan caraku."

"Akan lebih mudah jika kita melewati ini semua dengan segel."

"Ruangan ini hampir mirip dengan tempat latihanku saat kecil. Penggunaan segel dan ramuan justru akan memicu berbagai jebakan lain yang lebih sulit. Kita cukup memperhatikan pola pergerakan setiap rintangan dan ini akan menjadi cukup mudah."

Selama beberapa saat, Ezer memperhatikan setiap pergerakan senjata tajam yang ada di sepanjang jalan menuju papan permainan. Faenish juga ikut memperhatikan, hanya saja ini terlalu rumit baginya. Ada begitu banyak jebakan dengan jeda yang sangat singkat bahkan terbilang mustahil untuk dilewati.

Tanpa pemberitahuan sebelumnya, Ezer tiba-tiba saja menarik lengan Faenish dan berseru, "Lari."

Faenish tak punya pilihan selain mengikuti langkah Ezer dan menuruti semua perintahnya. Mereka telah masuk dalam halang rintang, sedikit saja Faenish salah menempatkan kaki maka ia akan disambut oleh alat-alat pemotong dan penggiling daging yang berada di sekelilingnya.

Tak jarang, Faenish nyaris terbunuh. Walaupun ia berusaha keras mengikuti semua instruksi Ezer, tetap saja ia tidak secekatan pemuda itu. Tubuh Faenish tidak terbiasa bergerak dengan refleks secepat Ezer. Faenish cukup bersyukur karena sempat melatih diri dengan lari pagi. Jika tidak, mungkin ia sudah tidak bisa berjalan karena keram otot.

Faenish tidak bisa protes atau sekadar salah tingkah setiap kali Ezer menarik tubuhnya dengan keras dan tiba-tiba hingga tubuh mereka menempel terlalu dekat. Jarak yang begitu dekat dengan pisau tajam dan berbagai alat pembunuh lain terlalu menakuti Faenish hingga ia tidak bisa berpikir macam-macam.

ATTACHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang