28. Takdir Shadow-Hand

8.2K 1.1K 9
                                    

Faenish sedang berjalan di koridor rumah, suasana cukup terang dengan cahaya bulan. Saat Faenish melewati jendela, ia melihat siluet hitam bersandar pada salah satu pohon di halaman belakang. Faenish mengenali sosok itu sebagai orang yang dipanggil Nyonya Ivone dengan nama Kliv.

Kliv tampak sedikit berbeda dengan seekor burung elang di atas bahunya. Elang itu juga seakan memandang ke arah Faenish dengan tajam.

Faenish balas memandang si burung elang dan tiba-tiba saja burung itu terbang ke arahnya. Tak hanya melesat dengan cepat, elang tersebut juga menabrak kaca jendela di depan Faenish hingga pecah.

Meskipun terjatuh bersama pecahan kaca, burung elang itu tampak tak terluka sedikit pun. Ia hanya mengibaskan sayap beberapa kali sebelum kembali terbang ke arah Faenish. Melihat hal itu, Faenish buru-buru membalik badan dan berlari sekencang yang ia bisa.

Sialnya, di ujung koridor muncul sosok Kliv. Pandangan pria itu juga tampak begitu tajam ke arah Faenish. Faenish bimbang, di belakang ada seekor burung elang dan di depannya ada sosok Kliv. Keduanya semakin memperkecil jarak dengan Faenish, semakin dekat, semakin dekat dan akhirnya Faenish terbangun.

Itu hanya mimpi. Namun mimpi kali ini bukan bagian ingatan dari Nenek Magda maupun Ezer. Sudah beberapa minggu terakhir, Faenish memang melihat sosok Kliv bersama seekor elang di berbagai tempat di sekitar rumah. Jika kejadian ini hanya sekali, jelas ada kemungkinan Faenish salah lihat. Masalahnya, hampir setiap hari, Faenish mengalami hal ini.

Faenish ingin kembali melanjutkan tidurnya yang terganggu mimpi buruk. Namun tenggorokannya terasa tak enak, jadi Faenish memaksakan diri untuk bangkit dan pergi mencari air minum.

Saat melangkah keluar kamar, Faenish mendengar suara lantai kayu yang berderak. Ia pun menoleh ke sumber suara dan mendapati sosok Kliv di ujung koridor.

Berbeda dengan mimpinya, Faenish tidak berusaha menghindar. Ia justru langsung berlari untuk mendekat. Sayangnya, Kliv bergerak lebih cepat dan penerangan minim menyulitkan Faenish untuk mencari pria itu.

"Astaga," pekik Faenish kaget. Ia hampir saja menabrak Ezer saat berbelok di ujung koridor.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ezer.

Dari pakaiannya, Faenish yakin pemuda itu baru saja pulang dari suatu tempat.

"Er—apa kau melihat ayahmu berlari ke sini?" Faenish balas bertanya.

"Ayahku?"

"Ya, tetapi ada yang aneh dengannya. Ia tampak membawa seekor burung elang di pundaknya dan sepertinya aku melihat bekas luka berupa garis horizontal di atas kening sebelah kanan—"

"Itu Theo, ayah Rael."

"Ayah kalian kembar?"

"Kembalilah ke kamarmu." Tanpa menunggu respons Faenish, Ezer langsung berjalan pergi.

Faenish berniat menuruti kata-kata Ezer, tetapi berhubung sudah setengah jalan dan tenggorokannya menuntut untuk dibasahi, Faenish memutuskan untuk melanjutkan langkah ke arah dapur.

Saat memasuki dapur, Faenish langsung merasakan keberadaan seseorang di meja makan. Buru-buru ia membuat segel perisai karena sosok itu jelas bukan Nyonya Ivone ataupun Jovan. Tidak mungkin majikannya duduk di meja makan dalam kondisi ruangan gelap gulita.

"Perisai seperti itu percuma. Aku bukan Kaum Berbakat jadi tak mungkin menyerang dengan segel. Kau mungkin butuh segel lain yang bisa melindungimu dari serangan fisik."

Faenish mengenali suara itu, tetapi karena ada kemungkinan saudara kembar memiliki suara yang mirip, Faenish memutuskan untuk menyalakan lampu.

Di dahi pria itu tidak ada bekas luka dan tak ada tanda-tanda keberadaan burung elang. Faenish sedang berhadapan dengan Kliv.

ATTACHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang