27. Mengamuk

8.4K 1.1K 17
                                    

"Drina, bisakah kau membuatkan sebuah ramuan yang bisa membuatku terlihat seperti putri duyung dengan ekor sungguhan." Ryn menggoncang-goncang tangan Drina dengan bersemangat.

"Putri duyung meminta kaki dan kau meminta ekor?" sindir Drina. "Suaramu tidak cukup bagus untuk ditukar dengan ekor."

"Aku tahu kau akan membuatkannya." Ryn memasang senyum lebar dan langsung berbalik menghadap Faenish. "Bisakah kau menggunakan segel Pembebas Massa Tubuh padaku agar aku bisa berenang di udara?"

Faenish hanya mengangguk tanpa berpikir, ia sedang memandang ke arah Katharina yang jelas-jelas balas memandang ke arahnya.

"Oh, punya sahabat dengan bakat tinggi benar-benar menyenangkan." Ryn melompat-lompat girang di tempat duduknya. "Aku benar-benar senang bakatmu justru meningkat Faenish. Mungkin aku juga butuh meminum ramuan Bom Sel dan Ramuan Tahi Kucing."

"Kau sudah cacat mental dan sekarang mau cacat fisik juga?"

Kali ini Drina berhasil memancing Ryn hingga mereka berdua terlibat adu mulut berkepanjangan tanpa menghiraukan upacara pelantikan Kepala Akademi yang baru.

Selesai prosesi pelantikan ibu Eucharistia, setiap siswa diizinkan menyalami beliau. Ryn menjadi salah satu siswa yang paling bersemangat untuk mengantre maju. Faenish tidak punya kesempatan menolak saat Ryn menarik tangannya untuk ikut berbaris sementara Drina berhasil kabur karena Dazt tiba-tiba ingin berbicara dengannya.

Selama mengantre, Faenish mencoba mencuri pandang beberapa kali ke arah Katharina. Tidak hanya sekali ia mendapati wanita itu sedang menatap ke arahnya.

"Ada apa dengan Dazt?" sindir Ryn begitu Drina kembali bergabung dengan mereka. "Bukankah dia seharusnya sudah menjadi pacar Clarine?"

"Dia memintaku membuatkan ramuan Bentuk Ruang," jawab Drina.

"Jangan bilang kau akan meminta kami untuk mencarikan bahan-bahannya," keluh Ryn.

Drina terlihat ingin menjawab, tetapi ia mengurungkan niat karena melihat sosok Katharina yang berjalan mendekat.

"Kita bertemu lagi, Faenish," sapa Katharina dengan senyuman. "Saya tidak bisa berhenti memikirkan bayangan pengikutmu."

Dari cara memandang dan nada bicara yang digunakan, Faenish tahu perkataan Katharina memiliki makna jamak. Wanita itu lebih terdengar sedang memperingatkan Faenish.

***

Sejak kematian Pak Raizer, dua siswa lain ikut menjadi korban penyerangan. Semua korban mendapat luka gigitan di bagian leher dan nyaris kehabisan darah sehingga peristiwa ini pun dikenal sebagai Teror Vampir. Salah satu korbannya adalah Clarine. Untung saja Kelompok Pelindung datang sebelum gadis itu meregang nyawa.

"Teror Vampir semakin mengerikan," Ryn berseru histeris seraya berjalan mendekati Faenish suatu pagi. "Baru saja ditemukan korban baru, namanya Aline Aer. Gadis malang itu ditemukan sudah tak bernyawa dalam salah satu rumah pohon di kafe gula. Ia benar-benar kering tanpa ada darah tersisa. Aku jadi khawatir soal rencana kita menjenguk Clarine nanti sore. Apalagi Drina terlalu sibuk sehingga hanya tersisa kita berdua."

"Kita akan baik-baik saja Ryn," Faenish mencoba menenangkan.

"Benar juga. Kau punya bakat yang cukup untuk membawa kita berteleportasi saat terjadi penyerangan." Ryn berseru bangga. Tidak ada lagi raut khawatir di wajahnya. Faenish bahkan sempat melihat sebuah senyuman yang agak mencurigakan.

Senyuman Ryn itu terbukti bermakna sesuatu. Faenish baru memahami artinya saat mereka selesai menjenguk Clarine. Begitu keluar dari ruang rawat Clarine dan berjalan ke area parkiran mobil, Ryn merengek minta ditemani ke sebuah pasar malam yang sedang dilaksanakan di dekat perbatasan kota. Kabarnya, grup tari Element akan tampil di sana malam ini. Mereka tentu saja tidak tampil dengan penggunaan segel seperti pada festival tahun ajaran baru karena kali ini bukanlah acara Kaum Berbakat. Namun itu sama sekali tidak menjadi masalah untuk Ryn, yang ingin dilihat Ryn bukanlah penampilan Element, tetapi seorang pria bernama Lionel.

ATTACHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang