21. Renggang

8.6K 1.1K 34
                                    

Selesai membersihkan diri, sarapan dan membantu beberapa pekerjaan di rumah, Faenish segera bersiap untuk melakukan percobaan. Mereka hendak menguji apakah benar tarikan yang dirasakan Faenish di bukit tadi berhubungan dengan ikatannya dengan Evert atau tidak.

Faenish memilih kosen jendela di perpustakaan sebagai pegangannya. Sementara Evert langsung paham dengan tindakan Faenish. Tanpa perlu diberi aba-aba, pemuda itu langsung berjalan menjauh secara perlahan.

Begitu jarak di antara mereka mencapai lima meter, Evert tampak mendorong udara. Di saat bersamaan, Faenish merasakan sensasi tarikan ke arah pemuda itu. Setelah diperhatikan, semakin kuat Evert menekan pembatas tak terlihat maka akan semakin besar pula tekanan yang harus dihadapi Faenish. Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya, Evert biasanya tidak bisa mendorong pembatas yang katanya keras seperti tembok. Kalaupun pemuda itu pernah mencoba mendorongnya, batasan itu tidak pernah bergerak dan Faenish tidak pernah merasakan sensasi tarikan seperti saat ini.

Hanya ada satu penjelasan yang masuk akal untuk menjelaskan hal ini, Faenish mulai kehilangan bakatnya. Perubahan DNA yang dibicarakan Drina sudah mulai terjadi. Sayangnya, Faenish tidak dapat membuktikan teori ini dengan mencoba membuat segel, Drina masih melarangnya untuk berhubungan dengan hal-hal berbau bakat. Jadi, Faenish tidak bisa mengetahui apakah ia masih bisa membuat segel atau tidak.

Tanpa peringatan, Evert mendorong pembatas dengan terlalu bersemangat. Sialnya, Faenish mengira percobaan mereka sudah selesai dan ia sudah melepaskan pegangannya. Faenish pun tak bisa mencegah tubuhnya yang tersungkur dengan bunyi benturan keras.

"Apa kau baik-baik saja?"

Pertanyaan itu bukan dari Evert, tetapi Faenish tetap saja merasa bulu romanya merinding saat mendengar suara Rael.

Kendati tubuhnya masih ngilu di beberapa tempat, Faenish tetap memaksakan diri untuk melihat ke asal suara. Rael tampak berjalan mendekat dari sisi luar jendela dengan tatapan ingin tahu.

"Ah, ternyata ada kau juga." Rael nampak terkejut dengan keberadaan Evert. "Kalian terlihat mencurigakan. Apa aku mengganggu waktu pacaran kalian?"

"Kami tidak sedang pacaran," jawab Faenish seraya bangkit berdiri.

"Benarkah? Aku sedang melatih Jovan di halaman samping saat aku melihatmu yang seakan sedang memeluk kosen."

Saat Faenish melirik ke arah halaman, ia benar menemukan sosok Jovan yang sedang berlatih.

"Faenish hanya ingin memeriksa engsel jendela," jelas Evert sebelum ia mengalihkan pandangan pada Faenish. "Sebaiknya kau minta tante Sara mengurut kakimu. Biar aku yang akan mengurus jendelanya."

"Tunggu, biar kubantu." Rael segera melompat masuk saat mendapati Faenish berjalan pincang.

Dengan cepat Faenish menggeleng. "Aku bisa sendiri, terima kasih." Ia pun segera menyeret kaki dan meninggalkan perpustakaan.

Dari sudut matanya, Faenish melihat Evert bergerak mendekati salah satu lemari buku yang cukup dekat dengan pintu. Pemuda itu terlihat sedang mencari buku. Sementara Rael masih berdiri di dekat jendela.

Begitu pintu tertutup di belakang Faenish, ia mendengar suara Rael.

"Bukankah kau seharusnya mengecek jendela?"

"Jendela itu baik-baik saja." Evert menjawab sambil lalu dengan nada yang terdengar datar. "Faenish hanya melebih-lebihkan."

"Kau sudah lebih terdengar seperti dirimu sendiri." Rael berjalan mendekat dan menyandarkan tubuh di lemari tempat Evert mencari buku. "Ah, sepertinya aku hanya perlu lebih bersabar. Begitu bakat gadis itu sepenuhnya memudar, segel apapun yang ia gunakan padamu akan terlepas. Kurasa ucapan terima kasih akan terdengar bagus saat kau mengingatku nanti."

ATTACHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang