Halaman pertama dari buku ujian Faenish hanyalah lembaran putih dengan tulisan: selamat menikmati. Faenish tersenyum geli, sedikit kegugupannya menghilang. Ia kembali membalik halaman buku. Kali ini tidak ada tulisan apa pun, halaman itu kosong.
Tiba-tiba sebuah api kecil muncul di sudut halaman.
Sayangnya Faenish tidak punya waktu banyak untuk berpikir, api kecil itu mulai membakar lembar teratas.
Faenish berusaha mengingat dan menggambar segel air untuk memadamkan api. Masalahnya, ia tidak bisa mengingat keseluruhan gambar rumit itu. Ini bukan soal panik atau gugup, Faenish hanya tidak bisa mengingat beberapa garis di dalam segel.
Api semakin membesar, Faenish mulai panik. Untung saja sejumlah air muncul entah dari mana dan memadamkan api di atas permukaan buku. Itu bukan air yang dibuat Faenish dengan segelnya, air itu muncul begitu saja.
Setelah api padam perlahan muncul gambar segel air yang dari tadi berusaha diingat oleh Faenish, tepat di atas halaman buku yang setengah terbakar.
Kelihatannya Faenish telah gagal di soal pertama.
Perlahan-lahan Faenish membalik halaman selanjutnya. Tidak ada yang terjadi. Halaman buku kosong melompong tanpa ada api atau apa pun yang muncul.
Faenish menunggu sesuatu terjadi, ia yakin ada yang terlewatkan olehnya.
Saat mengedarkan pandang, ia akhirnya menyadari apa yang terjadi. Air sudah menggenangi lantai dan mulai merangkak naik.
Kali ini Faenish berusaha keras mengingat segel tanah. Setelah usaha yang cukup menguras keringat, ia akhirnya berhasil menggambar dan mengaktifkan segel tersebut. Faenish terangkat, di bawah sofanya muncul lapisan tanah yang lebih tinggi dari permukaan air.
Air pun berhenti bergerak, tidak lagi merangkak naik seperti sebelumnya. Pada halaman kosong buku, perlahan mulai muncul gambar segel tanah seperti yang baru saja dibuat Faenish.
Ia berhasil di soal kedua.
Dengan bersemangat Faenish membuka halaman selanjutnya.
Sebutir salju jatuh di atas kepala Faenish, disusul beberapa butir salju lainnya. Suhu udara menurun secara drastis. Ini pertama kalinya Faenish melihat salju. Kediaman Faenish tidak terletak di bagian dunia yang mendapat jatah musim dingin, jadi Faenish membuang beberapa waktu untuk mengagumi keindahan butiran-butiran putih yang entah bagaimana berjatuhan dari langit-langit ruangan.
Tubuh Faenish mulai menggigil dan giginya bergemeletuk hebat, ia akhirnya sadar bahwa dirinya masih berada dalam ujian.
Faenish tahu ia harus menciptakan api kali ini. Namun entah otaknya sudah telanjur beku atau memang ia tidak bisa mengingat gambaran segel itu secara lengkap. Yang jelas kali ini Faenish tak bisa membuat api.
Anehnya walaupun sudah menunggu cukup lama, tidak juga ada api yang muncul dengan sendirinya sebagai pertanda bahwa Faenish kembali gagal di soal ujian yang ketiga.
Semakin lama Faenish semakin tersiksa dengan suhu udara yang membekukan tubuhnya. Faenish terus berusaha membuat segel api berharap akan mengingat keseluruhan gambar segel itu jika ia terus mencoba, tetapi tetap saja hasilnya nihil.
Dengan tatapan memohon, Faenish menatap ke arah sosok transparan Evert yang berdiri tak jauh darinya. Ia tahu ini bukan hal yang baik untuk menanyakan bentuk segel saat ia menjalani ujian. Namun rasanya Faenish sudah tak sanggup lagi bertahan. Ia membutuhkan kehangatan sekarang juga.
Tak sesuai harapan, Evert hanya balas memandang Faenish dengan ekspresi tak peduli sebelum mengedarkan pandangan ke sekeliling. Pemuda itu terlihat sama sekali tak terpengaruh dengan udara yang begitu menusuk. Ia pun jelas terlihat tidak terpengaruh dengan keadaan Faenish.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATTACHED
FantasyBuku Kedua dari empat buku dalam seri T.A.C.T. (Fantasy - Romance) Apa yang akan kamu lakukan saat mencuri dengar seorang penyusup sedang menantang majikan tuamu untuk bertarung? Atau ketika seseorang yang kau ketahui bukan manusia normal sedang men...