"Kalian dari mana saja?" tanya Sarashalom panik.
"Kamar Drina," jawab Ryn.
"Apa kalian melihat Jovan?"
"Bukannya dia sedang membakar jagung?" Ryn balas bertanya.
"Itu juga yang kami kira, tetapi tiba-tiba saja ia tidak lagi di dekat api unggun, dan entah sekarang berada di mana. Kami sudah mencarinya dari tadi, tetapi Jovan tidak terlihat di mana pun."
"Sudah berapa lama ia menghilang?" tanya Faenish.
"Oh itu dia," seru Navel seraya menunjuk sosok Jovan yang melangkah keluar dari kebun jagung dengan tatapan bingung.
Ivone langsung berlari menghampiri putranya dan memeluknya. "Kau darimana saja?" tuntut Ivone.
"Aku melihat seseorang yang mencurigakan di kebun jagung, tetapi dia lari dengan begitu cepat. Jadi ak—"
"Kita pulang sekarang," potong Nyonya Ivone.
"Aku tidak apa-apa Ma." Jovan coba menenangkan ibunya yang masih pucat pasi.
Ivone menggelengkan kepala keras dan berseru lebih keras, "Kita pulang sekarang!"
Seakan ingin mendukung perkataan Ivone, hujan gerimis perlahan mulai turun. Tidak ada pilihan selain membubarkan acara mereka malam itu.
Begitu sampai di rumah, Ivone tiba-tiba berhenti di ruang tengah. "Kita perlu bicara, Jovan."
Seperti biasa, tanpa membantah, Jovan langsung mengikuti ibunya berjalan ke kamar.
"Apakah Nenek Magda punya Ruang Penyimpanan?" tanya Faenish begitu Jovan dan Ivone sudah menghilang di balik koridor.
Walaupun Nenek Magda mengajarkan tentang Kaum Berbakat, termasuk soal Ruang Penyimpanan, Faenish merasa tidak perlu untuk mendalami tentang hal itu. Jadi, ia sama sekali tidak pernah bertanya di mana Ruang Penyimpanan Magda. Jika Evert memang mengincar sesuatu dari Nenek Magda, pemuda itu pasti sudah melakukan penyelidikan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nenek Magda, termasuk Ruang Penyimpanan.
Evert tidak menjawab, tetapi Faenish tetap melanjutkan pertanyaannya.
"Kau tahu di mana itu?"
"Tempat itu pasti sudah kosong—"
Faenish tidak mendengar habis kalimat Evert, tiba-tiba saja ia berlari. Sepertinya ia tahu di mana portal ke Ruang Penyimpanan Nenek Magda.
Dalam hitungan detik, Faenish sudah ada di kamar terlarang. Ia berdiri di atas tempat tidur agar bisa berada tepat di depan lukisan si Tampan. Tanpa membuang waktu, tangannya bergerak untuk menggambar segel pembuka portal.
Saat segel itu diaktifkan, Faenish mecondongkan badan. Dengan bangga Faenish mendapati dirinya menembus permukaan lukisan. Sebagian tubuhnya kini berada di dalam sebuah ruangan asing.
Dugaannya tepat, sekarang Faenish melangkah masuk ke Ruang Penyimpanan Nenek Magda. Ruangan itu luas, sangat-luas, dipenuhi dengan lemari penyimpanan serta berbagai tempat nyaman untuk bersantai.
Masalahnya adalah tempat itu terlihat kosong. Beberapa toples masih berada di atas rak. Namun tak terlihat satu toples pun yang masih memiliki isi. Tempat itu sudah dikosongkan, dan Faenish yakin itu adalah perbuatan Kelompok Pelindung.
"Bisakah kita kembali sekarang?" tanya Evert.
Faenish tidak punya alasan untuk menolak. Ia justru sedikit malu karena berpikir Kelompok Pelindung tidak memeriksa tempat ini, atau mungkin menyisakan sesuatu yang penting di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATTACHED
FantasyBuku Kedua dari empat buku dalam seri T.A.C.T. (Fantasy - Romance) Apa yang akan kamu lakukan saat mencuri dengar seorang penyusup sedang menantang majikan tuamu untuk bertarung? Atau ketika seseorang yang kau ketahui bukan manusia normal sedang men...