10. Sesuatu Yang Salah

10K 1.2K 13
                                    

"Kak Faenish? Apa yang terjadi?" Sosok Jovan muncul di depan pintu. "Kak Evert kenapa tidak—ah benar juga, kakak belum cukup sehat. Bagaimana ini? Oh, maafkan aku nenek. Kali ini darurat, tolong mengerti."

Setelah berseru dengan kepala menengadah ke atas seakan Nenek Magda bergelantungan di langit-langit ruangan, Jovan akhirnya berlari menghampiri Faenish dan membantu gadis itu. "Bagian mana yang sakit?"

"Aku baik-baik saja," jawab Faenish.

"Sebaiknya kita memeriksanya di rumah sakit."

"Tidak perlu, aku baik-baik saja."

"Kalau begitu ayo ke dapur," bujuk Jovan.

"Dapur?"

"Kita harus menempelkan memar-memar Kak Faenish dengan kopi tumbuk untuk melancarkan peredaran darahnya, ini pertolongan pertama. Aku calon dokter, jadi percayalah padaku."

Faenish tidak bisa menolak, walau bagaimanapun juga Jovan adalah keluarga majikannya. Lagi pula terlepas dari kelakuan yang kekanak-kanankan dan berlebihan, Jovan tetaplah pemuda yang rupawan.

Saat berusaha berdiri, Faenish hampir saja terjatuh membentur lantai untuk kedua kalinya. Pergelangan kaki kanan Faenish tiba-tiba saja sangat sakit, beruntung tangan Jovan dengan sigap memeganginya.

"Apa perlu kugendong?" tatapan Jovan seperti seorang anak kecil yang sedang melihat kelinci kesayangannya kesakitan.

"Ti-tidak perlu," gagap Faenish. Jovan menempatkan wajahnya begitu dekat di depan Faenish.

"Ayolah, biarkan dokter Jovan menyembuhkan Kak Faenish."

Faenish tidak tahu harus bagaimana, ia terdiam. Bahkan saat Jovan tiba-tiba tersenyum dan langsung menggendongnya, Faenish tetap tidak tahu harus bagaimana.

"Maaf Kak Evert, apa tidak apa-apa kakak di sini sendiri? Atau kakak mau ikut ke dapur?" tanya Jovan.

"Aku di sini saja," ujar Evert.

"Baiklah, kami segera kembali."

"Ya." Evert kembali tersenyum ramah. Namun saat Jovan mengalihkan pandangan, Faenish melihat wajah Evert berubah datar, seakan tidak pernah terjadi apa pun. Evert pun kembali sibuk membaca.

Jarak antara perpustakaan dan dapur tak memungkinkan untuk Evert tetap berada di tubuhnya sehingga saat Jovan mencoba melihat keadaan kaki Faenish, sosok transparan Evert ada di sana. Pemuda itu terlihat seperti biasanya, wajah datar tanpa ekspresi, berdiri seperti bayangan.

Untung saja cedera yang dialami Faenish tidak parah. Ia hanya akan membutuhkan bantuan tongkat selama beberapa hari ke depan. Namun nyeri pada punggung Faenish tidak memungkinkan gadis itu untuk membaca di perpus. Akibatnya, Faenish terpaksa harus ikhlas membiarkan Evert berada di kamarnya. Pemuda itu bersikeras untuk membaca sepanjang malam sehingga tidak ada pilihan selain membiarkan tubuh fisik Evert masuk ke kamar Faenish.

Seperti dugaannya, tidur Faenish tidak nyenyak. Ia bermimpi buruk, tetapi kali ini berbeda dengan biasanya. Tak ada lagi hutan dan panah yang menembus tubuh Faenish, ia justru berada di sebuah ruangan asing dan entah bagaimana ia sedang menantikan Evert. Anehnya ia juga ragu Evert akan datang.

Dari luar terdengar suara langkah kaki, disusul bantingan pintu yang dibuka paksa serta suara tawa sumbang dari beberapa lelaki. Faenish tidak bergerak, ia tetap berdiri di dekat jendela dengan pandangan jauh ke dalam hutan yang gelap. Faenish tidak perlu menoleh untuk tahu kalau di belakangnya kini berdiri beberapa pria mabuk. Meski begitu, ia tetap tidak melakukan pergerakan berarti.

Tiba-tiba lengan Faenish ditarik dengan kasar oleh seorang pria, bau alkohol tercium jelas dari mulutnya yang menganga lebar. Suara tawa pria itu melengking di telinga Faenish. Faenish tidak memberontak, kepanikan dan ketakutannya ditelan habis oleh kekosongan yang selama ini ia rasakan.

ATTACHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang