15. Buku Harian

10.3K 1.1K 49
                                    

Usaha Faenish tidak sia-sia, Ujian Kenaikan Tingkatnya kali ini berlangsung cukup lancar. Walaupun penyakit pelupa Faenish kambuh di beberapa gambar segel, ia bisa mengatasi sebagian besar soal karena dirinya lebih rileks dari ujian yang pertama.

Kegembiraan Faenish juga bertambah karena dugaannya benar soal tempat dan waktu Portal Berwaktu milik Nenek Magda. Portal itu letaknya sama dengan portal ke ruang penyimpanan Nenek Magda yang dimasuki Faenish beberapa hari yang lalu dan waktu untuk membuka portal itu adalah jam tiga pagi. Siapa yang menyangka bila membuat segel pembuka portal di tempat yang sama di saat yang berbeda dapat membawa seseorang ke tempat yang berbeda pula.

Dalam Ruang Penyimpanan di balik portal berwaktu tidak ada rak-rak untuk menyimpan ramuan, justru ruangan itu hampir sama persis dengan Kamar Terlarang. Faenish seperti masuk ke cermin yang memantulkan dengan hampir sempurna semua perabotan di kamar terlarang. Hanya saja tempat yang menyerupai Kamar Terlarang ini tidak dikelilingi oleh empat dinding. Posisi salah satu dinding yang berada di depan tempat tidur kini sudah diganti dengan hamparan hutan pinus. Bukan hanya gambar, tetapi benar-benar hutan pinus yang luas.

Tak membuang waktu dengan mengamati hutan pinus itu lebih lama, Faenish langsung memulai pencariannya.

Sebagian besar laci yang dibuka Faenish kosong, begitu pun dengan lemari, dan kolong tempat tidur. Tak ada yang bisa ditemukannya selain setumpuk tinggi buku yang ternyata adalah buku harian Nenek Magda serta beberapa buku yang terlihat seperti novel karangan Nenek Magda. Tidak ada sesuatu apapun yang cocok disebut sebagai Cairan Ingatan.

"Sebentar lagi Sarashalom akan segera tiba," gumam Evert tanpa mengalihkan mata dari buku harian Nenek Magda yang sedang dibacanya.

Faenish melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 04.57. "Kau benar. Kita sebaiknya segera pergi."

Bukannya langsung melangkah ke arah portal seperti yang Faenish lakukan, Evert justru menyusun beberapa buku dan membawanya serta.

"Itu buku harian," tegur Faenish.

"Aku tahu."

"Lalu kenapa kau mau mengambilnya?"

Evert mengabaikan pertanyaan Faenish.

"Apa kau pikir Nenek Magda akan menuliskan bagaimana melepaskan segel itu di sana?" tanya Faenish lagi.

Sekali lagi Evert tidak menggubris pertanyaan Faenish dan hanya berdiri tepat di depan portal, menunggu Faenish membukakan portalnya.

Malas berdebat, Faenish akhirnya mengalah. Walaupun ia tahu membaca buku harian seseorang tanpa izin bukan tindakan yang sopan, ia juga tidak punya hak untuk melarang Evert membaca buku harian Nenek Magda, itu bukan buku miliknya. Terlebih lagi, Evert tidak akan menanggapi apapun bentuk protes Faenish.

Dengan berat hati Faenish bergerak untuk membuka portal. Saat menatap lukisan di tempat portal berada, Faenish baru menyadari satu hal lagi yang berbeda dengan kamar ini. Lukisan yang menjadi portal di sini bukan hanya menggambarkan sosok si pemuda tampan, tetapi dalam lukisan ini ada sosok seorang gadis cantik yang tersenyum di sampingnya, jelas sekali sosok itu adalah Magda saat muda.

***

Satu minggu pun berlalu tanpa ada kemajuan berarti dalam pencarian Faenish. Berulang kali ia kembali ke dua Ruang Penyimpanan milik Nenek Magda untuk mengecek kembali apakah ia melewatkan sesuatu. Ia bahkan sampai menjelajah hutan pinus tak berujung di tempat itu. Namun sampai hari ini ia tidak menemukan apa pun.

Berbeda dengan Faenish, Evert justru tampak menikmati buku-buku harian Magda. Setiap kali Faenish menghabiskan waktu mencari Cairan Ingatan, Evert mengikuti di belakangnya dengan membaca. Pemuda itu bahkan dengan ajaibnya tidak pernah tersandung atau menyambar pohon.

ATTACHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang