"Jadi kenapa kamu bisa dipanggil Uca?" Baru saja gue melangkahkan kaki memasuki apartemen Alan, dia langsung mencecar gue dengan pertanyaan yang sejak setengah jam yang lalu terus ditanyakan. Wajahnya terlihat sangat antusias tidak sabaran.
"Bagi minum dulu dong, Lan!" Pinta gue sambil menghempaskan tubuh ke sofanya.
Ini kali kedua gue memasuki apartemennya. Pertama kalinya adalah tadi sore saat menjemputnya sebelum ke rumah gue. Gue pikir dia akan meminta gue menunggu di lobi aja. Waktu gue mengabarkan kalau sudah sampai di lobi, dia langsung menghampiri gue hanya dengan memakai celana pendek dan kaos rumahan, lalu mengajak gue memasuki unitnya. "Tunggu di dalem aja ya. Soalnya aku belum mandi."
Tentu saja jantung gue hampir copot saat menyadari kalau gue hanya berdua di dalam apartemen itu bersama dengan cewek yang begitu cantik. Bahkan hal semacam ini nggak pernah terbesit di otak gue sebelumnya. Separah-parahnya gue berimajinasi, gue nggak pernah kepikiran bisa punya pacar secantik ini.
Untungnya gue cukup mudah beradaptasi, sehingga di kali kedua gue menginjakkan kaki di apartemen ini, gue sudah lebih relaks dan menganggapnya seperti rumah sendiri.
"Jadi gimana?" Desak Alan setelah menyodorkan segelas air es pada gue.
Setelah menghabiskan setengah gelas, gue mengangkat bahu santai. "Nggak ada alasan."
Serta merta Alan langsung memelototi gue. "Maksudnya?"
"Ya nggak ada alasan. Bintang Umbara itu nama dari kakek. Aku juga nggak tau kenapa kakek ngasih nama itu. Karena pas kecil mau manggil nama Bintang itu kepanjangan, dan kalo dipenggal jadi aneh, akhirnya Ayah ngusulin dipanggil Uca aja. Dapet nama Uca dari mana juga nggak tau. Kayaknya Ayah asal ceplos aja, cari nama panggilan yang gampang."
Bola mata Alan semakin berbinar-binar penuh minat. "Terus kalo nama lengkap Alit siapa? Bukan Kejora kan?"
Gue menggeleng. "Namanya Safaraz Widnyana. Jangan tanya artinya apa, karena aku nggak peduli."
Tawa Alan tergelak. "Namanya cakep banget! Tapi kok bisa dipanggil Alit?"
"Karena dia lahirnya prematur, jadinya kan kecil banget ya. Terus gara-gara itu, Bunda jadi nggak bisa hamil lagi. Akhirnya dipanggil Alit deh. Itu bahasa jawa, artinya kecil."
Bola mata Alan tampak berbinar-binar. "Keluargamu seru banget sih?!"
"Kamu baru kenal sehari, jadinya seru, Kalo udah kenal lama juga paling kamu capek banget nanggepin berbagai drama mereka. Apalagi kalau Bunda sama Alit mulai nyebelin gitu."
Meski sudah gue beri peringatan, Alan tampak nggak menanggapinya secara serius. Dia tetap terlihat sangat antusias setiap kali gue menceritakan soal keluarga gue. Padahal keluarga gue beneran semenyebalkan itu. Dalam hati gue menertawakan Alan. Lihat saja, kalau dia sudah kenal Alit lebih lama, gue yakin Alan akan mulai kesulitan menanggapi Alit yang berisik dan banyak mau.
"Aku boleh panggil kamu Uca juga?" Tanya Alan pelan, sambil menyandarkan kepalanya di pundak gue, yang membuat gue refleks melingkarkan tangan di pundaknya.
Ya ampun, padahal sebelum ini gue selalu berusaha menahan diri buat nggak melakukan skinship berlebihan. Makanya sejak awal gue selalu menghindari tempat-tempat private seperti ini. Sialnya, karena tadi masih agak emosi sama Alit dan Bunda, gue jadi mau-mau aja pas ditawari masuk dulu karena nggak ingin langsung pulang ke rumah.
Bodohnya gue nggak menyesal sudah mengiakan tawarannya untuk masuk ke apartemennya dulu. Meski sejujurnya gue takut nggak bisa menahan diri, dan akhirnya malah kebablasan, lalu berakhir buruk. Ini pasti mentang-mentang gue sudah relax dan menganggap apartemen ini kayak rumah sendiri, gue jadi kelewat nyaman dan menganggap hal semacam ini adalah hal biasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me Back to The Start (COMPLETED)
RomanceBintang nggak pernah menyangka akan tergila-gila dengan perempuan berusia 4 tahun lebih tua darinya. Dan semakin nggak menyangka ketika perempuan itu langsung mau diajak jadian pada bulan pertama perkenalan mereka. Baginya, Alanda merupakan wujud ny...