32. Tears In Your Eyes

10.1K 1.7K 817
                                    

Sumpah deg-degan banget deh, mau post bab ini. 

Coba deh, sebelum kalian scroll, tebak kira-kira apa yang dilihat Bintang di hape Alan lima tahun lalu? Keren banget sih, yang bisa nebak!

Jawabannya ada di bawah. 

Please, kalau komen jangan terlalu kasar ya! Kalau gregetan banget, bisa pake emoticon aja. Yang komennya kasar, bakal kublokir gak pake fafifu. 





tarik napas dalam-dalam dulu yuk!





















jangan lupa baca bismillah!









Ya udah deh, happy reading!

"Gue nggak nyangka, sampai sekarang lo belum nikah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gue nggak nyangka, sampai sekarang lo belum nikah." Gue memecah suasana canggung dengan topik obrolan sensitif dan nada penuh sindiran. Sengaja ingin membuat Alan nggak nyaman, sehingga dia menyesali idenya yang memaksa gue dinner romantis begini.

Sekaligus berusaha menampakkan, kalau gue bukan lagi anak kecil yang mudah dia kendalikan. Gue nggak akan menerima dia kembali mau bagaimanapun caranya ia memohon.

"Cowok yang mau aku nikahin masih marah, jadi aku butuh waktu lebih banyak buat bikin dia mau nikahin aku," jawabnya dengan nada yang nggak kalah sinis.

"Kenapa cowok itu marah?"

Alan menatap gue tajam, sementara gue menaikkan sebelah alis penuh tanya. Sengaja ingin menantangnya.

"Karena ... aku nggak jujur sama dia."

"Nggak jujur?" Gue tertawa getir. "Bahasa lo terlalu halus. Mungkin lebih tepatnya, karena lo selingkuh."

"Dari mana kamu tahu kalau aku selingkuh?"

Bola mata gue melebar dengan mulut menganga. Bisa-bisanya dia bilang begitu setelah gue memergokinya langsung. Ke mana tatapan penuh rasa bersalah yang muncul di matanya saat gue memergokinya selingkuh?

"Karena gue lihat sendiri chat lo sama cowok lain ... yang bahkan seumuran sama bokap lo." Perut gue langsung terasa seperti dikocok-kocok saat pikiran gue dipenuhi oleh kenangan menyakitkan beberapa tahun lalu itu.

Mulut Alan terbuka, seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun sebelum suaranya keluar, ia sudah mengatupkan kembali bibirnya. Lalu menunduk agak lama.

"Gue masih bisa maklum kalau lo chat sama Gio. Atau siapa pun deh, cowok lain ... yang setidaknya ... seumuran sama lo. Bahkan kalau lo panggil Gio dengan sebutan sayang, atau semacamnya, gue bakal tetep bisa berusaha ngerti. Walaupun judulnya sama-sama diselingkuhi, setidaknya itu lebih baik dibanding gue lihat lo sexting sama pria seumuran bokap lo."

Gue meletakkan sendok dan garpu. Nafsu makan gue lenyap tersapu angin. Bertahun-tahun gue mencoba melupakan semua itu, tapi sekeras apa pun gue berusaha, ingatan itu terus berputar bagai kaset rusak.

Take Me Back to The Start (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang