SL 25

4.2K 65 19
                                    

" Pedih terasa menyayat hati. Kenyataan  terbentang luas di hadapan kita. Kenyataan yang mungkin takkan dapat kita singkirkan walaupun seinci. Kamu bakal menjadi milik wanita lain. Kamu akan menjadi lelaki asing yang selamanya takkan dapat lagi ku peluk- Soffyana Ayanna"

_________________________________________

Soffyana Ayanna's POV

Aku memang menginginkannya. Aku memang mendambakannya untuk menyentuhku. Aku ingin dia memilikiku, menghapus kegersangan jiwaku. Namun ada sesuatu yang terasa menganjal di hatiku.

Aku sedar ada kenyataan yang terbentang luas di hadapan kami. Kenyataan yang mungkin takkan dapat aku singkirkan walaupun seinci. Dia bakal menjadi milik wanita lain. Dalam sedikit waktu lagi Adryan akan menjadi lelaki asing yang selamanya takkan dapat lagi ku peluk.

"Can't? You want to stop?" Mata Adryan memandang tepat ke mataku. Mata itu menatapku dengan penuh ghairah.

" Yes, we should stop, Adryan," kataku. Air mata yang sudah bergenang di pelupuk mata sedaya upaya aku tahan agar tidak jatuh.

Adryan tidak boleh melihatku menangis. Seberapa dalam pun kepedihan dan luka yang kini bertakhta di dalam hatiku, takkan ku izinkan dia mengetahuinya.

"Why? Tell me why," katanya.

Tangannya masih memeluk kedua bahuku. Aku tahu dia kecewa. Maafkan aku, sayang, ku jeritkan kata maaf di dalam hati.

Bukan niatku untuk melukainya. Bukan mahuku untuk menolak kemahuannya. Jika saat ini aku memeluknya, mungkin aku takkan sanggup lagi melepaskannya sampai bila-bilapun.

" I just can't do this, Adryan. " aku menggelengkan kepala berulang kali.

" Why?"

" You belong to someone else," kataku perlahan.

" Aku tidak akan menikah dengannya, Soffy. Aku sudah membuat keputusan," Adryan kembali merangkul tubuhku.

Tangan kekarnya menolak tubuhku hingga aku terbaring di tengah tempat tidur.

" Please, Soffy. I love you. I love you," bibirnya menjelajah leherku, menggigit dan menghisap hingga tubuhku melenting.

" Please stop,Adryan. I beg you," hanya bibirku yang merayu untuk dia melepaskanku.

Tubuhku pula, bergetar, merespon sentuhannya. Jemariku menyusup ke dalam rambutnya, mencengkam di situ.

Tidak aku sedari, entah bila jemariku sudah membelai puting kecil Adryan hingga dia mendesah kecil dengan suara paraunya.

"Ahh..begitu, sayang. Sentuh aku..." bibir Adryan turun ke bawah.

Aku tidak lagi mampu menolak bila sepasang bibir itu nengulum puncak gunung kembarku.

" You tastes so sweet, honey. I can't stop,"  dia berbisik.

" Me too," aku membusungkan dada , memberi lebih ruang pada Adryan untuk mencumbui little pumpkins.

Lama sekali Adryan mencumbui tubuhku. Jemarinya merayap , turun ke bawah hingga menemukan pusat tubuhku yang terasa berdenyut.

" You're wet, honey. You're wet, ready for me," katanya sambil tersenyum penuh makna.

Secret LoverWhere stories live. Discover now