SL 17

4.4K 61 11
                                    


"Kita akan melalui semuanya berdua, Soffy. Apapun..jangan pernah mengalah. Jangan pernah saling meninggalkan- Adryan Aryan."

_______________________________________

Soffyana Ayanna's POV

Aku ragu dengan keputusan Adryan. Saat pernikahannya kian hampir, dia nekad untuk membawaku pulang ke kampung halamanku. Tiada apa yang mampu aku lakukan untuk membantah. Adryan lelaki yang sentiasa bertindak mengikut rasa Dan kehendak hati.

" Sini, sayang. Biar aku, " katanya.

Tangannya mengambil alih hair dryer yang sedang aku gunakan untuk mengerinhkan rambutku.

" Adryan, biar aku," aku membantah.

"Let me, honey. Kamu lambat," katanya.

Mahu tidak mahu aku mengalah. Aku membiarkan Adryan mengeringkan rambutku.

"Jangan selalu memanjakan aku, Adryan," kataku. Kataku fokus pada pantulan wajahnya Di cermin Di hadapanku.

" Kenapa? Aku senang hati melakukan semua ini untukmu, Soffy. Tanggungjawab seorang suami adalah untuk menyayangi dan menyenangkan hati isteri. Termasuk memanjakannya, " katanya.

" Kita belum lagi suami isteri, Adryan," aku mengingatkannya.

"Soon, my future wife," katanya.

"Kita akan menikah, Soffy. Aku tidak peduli apapun caranya. Aku cuma mahu kita segera menikah. Noktah. Itu keputusanku," dia kelihatan begitu yakin.

" Bagaimana kalau mama dan papa membantah?" soalku.

Kami bukan orang berada. Namun aku tidak yakin mama dan papa akan mengizinkan aku untuk menikah dengan tergesa-gesa. Nanti orang kampung mesti akan berprasangka aku segera menikah kerana sudah mengandung.

" Aku akan mengatakan kamu sudah mengandungkan anak kita, Soffy," tutur Adryan membuatku membeliakkan mata.

"Lagipun, aku yakin kamu memang akan mengandungkan bayiku, Soffy. Mungkin sekarang dia sudah ada di dalam rahim ibunya," katanya.

Adryan meletakkan hair dryer di atas meja solek. Tanpa signal, Adryan menarik hujung tuala yang membalut tubuhku. Hanya dalam hitungan saat, tuala itu melorot hingga ke paras pinggangku.

" Lihat pasangan kembar ini, sayang," ke dua belah tangan Adryan menangkup payudaraku dan meramasnya perlahan.

"Lihat saiz mereka. Semakin membesar. Aku pernah terbaca. Salah satu tanda awal perempuan mengandung adalah pertambahan saiz pada payudara  dan punggung," Adryan menarik ku bangun.

Saat aku berdiri, tuala yang sebentar tadi masih menutupi bahagian bawah tubuhku kini jatuh ke lantai.

" Adryan..., " aku berasa terlalu malu melihat imejku pada cermin di hadapan kami.

" Jangan malu, sayang. Lihat..., " Adryan memutar tubuhku hingga aku berdiri mengiring menghadap cermin.

"Ini...," tangannya menyentuh payudaraku.

"Ini...," kali ini tangannya mengelus punggung ku.

"Dan ini...," tangannya berpindah ke perutku.

"Semuanya kelihatan berbeza, sayang. Aku berharap apa yang aku baca itu bukan hanya mitos semata. Kerana aku memang berharap ada bayi kita di dalam rahimmu," matanya berbinar saat mengucapkan kata-kata itu.

♥️♥️♥️

Adryan kelihatan tenang mengenderai keretanya membelah kesibukan jalan raya menuju ke daerah kelahiranku. Sedangkan aku...dadaku terasa berombak kencang.

Secret LoverWhere stories live. Discover now