SL 14

5.4K 59 15
                                    

"Kamu lelaki kesayanganku. Caramu menginginkan aku membuat hatiku tersenyum. Jiwaku terasa melayang jauh ke atas awan biru. Mana mungkin aku menangis saat menyerahkan jiwa dan ragaku kepadamu untuk kamu miliki- Soffyana Ayanna"

______________________________________

Soffyana Ayanna's POV

Aku tidak tahu ke mana Adryan membawaku. Mataku terasa begitu kelat dan berat. Namun aku gagahkan juga untuk membuka mataku.

"Hai, sayang," itu sapaan yang ku terima saat mataku terbuka.

Wajah Adryan yang tersenyum lebar menjulang di atasku.

Aku memerhati sekellilingku. Aku sedang berbaring di atas sebuah katik king-size, di tengah-tengah sebuah bilik bernuansa Inggeris yang cukup luas.

"Di mana kita?" Aku bertanya pada Adryan.

"Di atas tempat tidur kita," katanya, masih tersenyum lebar.

"Aku serius, Adryan," aku menahan wayahnya yang sedang menunduk untuk menciumku.

"Aku serius. Ini tempat tidur kita," katanya, kembali memajukan wajah untuk menciumku.

Kali ini Adryan berhasil mempertemukan bibir kami. Dia menciumku. Menucup dan menghisap bibirku atas dan bawah. Hampir tiga minit begitu hingga bibirku terasa sedikit perih.

" Aku tidak pernah main-main dengan apa yang aku katakan, Soffy. Jika aku mengatakan akan membawamu untuk berbulan madu, aku benar-benar maksudkannya, Soffy," nafas kasar Adryan menyapu wajahku.

" Hantar aku pulang ke rumah orang tuaku, Adryan."

" Pasti, sayang. Aku akan menghantarmu pulang. Oops..salah. Aku tidak akan menghantarmu pulang, Soffy. Kita akan pulang bersama. Untuk menyerah pada keluargamu," katanya.

Adryan mula mencumbui leherku. Menghisap lembut di sana. Tubuhku mengelinjang. Adryan sudah begitu arif tentang titik-titik sensitif di tubuhku. Dia cukup tahu bagaimana untuk menyentuhku, untuk membuat tubuhku terangsang dan menyerah kepadanya.

"Apa..apa..maksudmu..dengan.. menyerahhh...?" Suaraku putus-putus.

Tubuhku terasa panas oleh berahi. Tubuh Adryan kini berada di antara kedua pahaku. Jemarinya sudah menyingkap baju T yang ku pakai.

"Aku akan berterus-terang pada orang tuamu tentang kita, Soffy. Tentang kita yang sudah banyak kali terlanjur. Aku akan memohon agar kita segera dinikahkan," katanya.

"Ahhhh...sayang," aku memeluk kuat lehernya tika bibirnya menemukan putingku dan menghisapnya dengan kuat.

"Sayang? Nice to hear you called me 'sayang'," katanya.

Ciumannya beralih pada payudaraku yang satu lagi. Adryan menolak-nolak putingku dengan lidahnya, menjilat berulang kali, hingga seluruh putingku terasa basah oleh salivanya.

" Sayang!" Aku mencengkam rambutnya.

Terasa nikmat yang tidak terperi bila Adryan menghisap keras putingku sedangkan tangannya yang satu lagi menguli-uli payudaraku yang satu lagi.

"Nikmat?" Adryan bertanya.

Matanya yang diselimuti kabut ghairah menatapku dengan pandangan berahi. Aku tahu aku akan selalu tewas oleh godaannya.

"Nikmat?" Adryan mengulangi pertanyaannya.

Adryan berlutut di antara pahaku yang terbuka luas. Dia menanggalkan bajunya dan mencampakkannya ke lantai. Aku menahan nafas melihat tubuhnya. Meski sudah beberapa kali kulit kami saling bersentuhan, ghairah untuk menyentuhnya tetap ada.

Secret LoverWhere stories live. Discover now