"Aku mencintaimu dengan tulus. Ku harap tak sukar untuk menggapai bahagia bersamamu. Namun, semakin ku redah, ternyata jalan menuju bahagia kian berliku. Ku tak tahu apakah aku mampu untuk terus melangkah bersamamu-Soffyana Ayanna"
_______________________________________
Soffyana Ayanna's POV
Meski marah, papa dan mama tetap pergi juga menemani aku dan Adryan pergi ke UTC di Kuching. Kata teman-teman Adryan, di UTC urusan nikah kahwin lebih mudah. Malah, jika tiada aral melintang, semuanya boleh diselesaikan dalam waktu sehari sahaja.
"Semoga semuanya berjalan lancar, sayang," ucap Adryan tika kami beriringan memasuki Jabatan Pendaftaran di UTC.
" Amen, sayang," kataku seraya mengaitkan jemariku pada jemarinya.
Aku menyerahkan kepada Adryan untuk mengurus semuanya. Tubuhku yang terasa agak lemah membuatku malas untuk memikirkan apapun. Saat ini apa yang baik bagi Adryan, aku hanya menurut sahaja.
Aku dan Adryan duduk di hadapan pegawai pendaftar perkahwinan yang mengurus permohonan pernikahan kami. Sesekali aku menoleh pada papa dan mama yang duduk tidak jauh dari kami.
Raut wajah keduanya masih sama seperti semalam, rela dalam terpaksa. Aku tahu betapa terlukanya perasaan papa dan mama kerana apa yang sudah aku lakukan. Namun apa dayaku. Nasi sudah menjadi bubur.
Aku bukan sekadar tidak mampu mempertahankan kesucianku. Malah aku membiarkan benih Adryan tumbuh di dalam rahimku. Semuanya kerana rayuan Adryan. Dan juga kerana aku sangat mencintai lelaki itu.
"Maaf, pernikahan ini tidak dapat kami proses," pernyataan daripada pegawai perdaftar perkahwinan itu menyentak lamunanku.
"Kenapa? Apa masalahnya?" Aku dapat melihat wajah tegang Adryan.
" Aku masalahnya," suara yang begitu aku kenal itu membuatku menoleh ke belakang. Begitu juga dengan Adryan dan kedua orang tuaku.
"Mummy?" Adryan nampak terkejut.
Mata Mummy fokus pada wajahku. Pandangan yang selama ini kelihatan mesra dan keibuan, saat ini bertukar menjadi tatapan tajam yang menyimpan seribu dendam dan kebencian. Tapi..apa salahku? Salahkah aku mencintai dan menyayangi anak lelakinya?
"Terkejut melihat mummy, Aryan?" Wanita itu berjalan semakin mendekat pada kami.
Plak! Tanpa aku duga, mummy melayangkan satu tamparan ke pipiku.
"Kamu perempuan murah yang menyusup masuk ke dalam rumahku," katanya dengan lantang sambil mengangkat tangannya untuk memberikan tamparan ke dua buatku.
"Mummy!" Adryan menangkap tangan ibunya.
"Jangan sakiti dia, mum. Dia bakal isteri Aryan. Dan...dia sedang mengandungkan cucu mummy," penjelasan Adryan membuat mummy ketawa dengan nyaring.
Pipiku terasa panas sekali. Rasa panas itu bukan kerana tamparan yang aku terima, tetapi kerana rasa terhina. Lebih-lebih lagi saat aku menyedari ada puluhan pasang mata yang memerhati ke arah kami.
"Galak sekali bunyi ketawa orang kaya," ayahku bangun dari duduknya.
"Jangan, bapanya. Malu dilihat orang," ibuku menarik tangan ayahku agar duduk kembali.
"Alang-alang sudah kita sudah malu," jawab ayahku.
"Oo..ini rupanya pendorong Soffyana. Anak dan ayah sudah berpakat untuk mengikis harta anakku," mummy berkata dengan angkuh.
"Mummy.. Please.." Adryan merayu pada ibunya.
"Kenapa? Wanita murah ini sudah memberi kamu makan nasi kangkang, Aryan?"
Pedih sekali kata-kata itu. Mummy seolah-olah bukan seorang wanita yang selama sebulan lebih ini aku kenal.
"Beruntung sekali dapat melahirkan anak perempuan yang cantik. Bila besar, menggadaikan body untuk mendapatkan harta," pandangan Mummy beralih kepada ibuku.
"Kurang ajar!" Suara ayahku bergetar. Ayah menghayun tangannya.
Ayahku bukan seorang pemarah. Namun pasal maruah dan harga diri dia memang pantang dicabar.
"Jangan, pa!" Aku cuba menghalang ayahku, namun terlambat.
Buk! Hayunan kencang tangan ayah mengena kepalaku. Sakit dan perih membuat aku terhuyung. Aku cuba mencapai tangan Adryan untuk berpaut, namun aku gagal.
Aku terundur ke belakang. Kakiku terlanggar pada kerusi di belakangku. Aku semakin hilang kawalanhingga akhirnya aku jatuh terduduk di atas lantai.
"Sakit!" Aku merasa nyeri pada ari-ariku.
"Soffy..." Adryan cuba membantuku berdiri.
"Sakit, Adryan..," aku memegang perutku. Aku merasa ada cecair yang mengalir membasahi pahaku.
"Oh, my God! You're bleeding, honey," sayup - sayup aku mendengar Adryan mengucapkan kata-kata itu.
"Help me, please," suara panik Adryan sudah cukup memberitahuku betapa teruk keadaanku saat itu.
♥️♥️♥️
Beberapa kali aku berusaha membuka mataku. Namun kelopak mataku terasa amat berat. Setiap kali aku berhasil membuka mataku, setiap kali itu juga mataku akan terpejam kembali.
"Sayang..bangun," diikuti tepukan lembut pada pipiku.
"Bangun, Soffy. Aku menunggumu bangun sedari tadi," aku cukup kenal suara itu.
Itu suara Adryan, lelaki yang sangat aku cintai. Tetapi...mengapa dia mengganggu tidurku? Seingatku lelaki itu tidak pernah memintaku bangun saat aku sedang tidur. Apa sebenarnya yang terjadi?
" Bangun, sayang. Tolong buka mata. Jangan hukum aku begini," lagi-lagi aku mendengar suara Adryan merayu, memintaku bangun dan membuka mata. Beberapa titis air mata Adryan jatuh dan menimpa kelopak mataku.
Titisan air mata itu membuat mataku terasa pedih. Aku mengerdipkan mata beberapa kali. Hingga akhirnya mataku terbuka dan menemukan Adryan sedang menangis menatapku.
"Maafkan aku, sayang," ucapnya.
"Aku lalai. Aku cuai. Aku...bayi kita.. " tangis Adryan pecah.
"Adryan," spontan aku dapat menangkap maksud kata-katanya.
Aku meraba perutku. Terasa nyeri di situ. Dan...kosong. Perlahan air mataku jatuh menimpa pipiku.
"Maafkan aku," Adryan kembali meminta maaf.
"Bukan salahmu, Adryan," ku usap pipinya yang basah dengan hujung jari.
Semua yang terjadi bukan salah Adryan. Dia tidak menyusup masuk ke dalam kehidupanku, sebaliknya akulah yang menyusup masuk ke dalam kehidupannya.
Mungkin aku harus mengundur diri demi kebahagiaannya. Aku mencintainya, malah sangat mencintainya. Berpisah dengannya takkan mudah. Melupakannya juga belum tentu aku mampu. Namun, memilih untuk bersama dengannya akan membuat kami sama-sama menderita.
"Jangan pernah berfikir sedikitpun untuk meninggalkan aku, Soffy," ucap Adryan seolah-olah dapat membaca fikiranku.
"Bagaimana jika aku memang memilih untuk mengundur diri?" Aku bertanya dengan perasaan sesak.
" Aku tak rela, Soffy. Aku sudah pernah memintamu untuk berjanji. Jangan pernah melepaskan tanganku. Jangan pernah mengalah," katanya.
Vote dan komen.
Selamat membaca.Tbc....

ANDA SEDANG MEMBACA
Secret Lover
Romance*** Untuk bacaan dewasa sahaja ( banyak mengandungi unsur dewasa.) Mohon bijak membuat pertimbangan sebelum membaca cerita ini. Soffyana..seorang gadis biasa yang hanya mengimpikan kehidupan biasa yang sederhana namun bahagia. Soffyana tidak perna...