SL 21

4.5K 50 13
                                    

Adryan Aryan's POV

"Aku dihadapkan dengan pilihan. Memilih cinta atau kasih seorang ibu. Kasih ibu adalah hidupku. Cinta pula ibarat udara yang memberiku nyawa. Siapa yang harus ku pilih- Adryan Aryan"
_______________________________________

Aku menguak daun pintu bilik mummy. Di atas katil besar di tengah bilik tidur itu, aku melihat Mummy  terbaring lemah. Matanya terpejam rapat. Aku dapat melihat alat sokongan hayat di sambung pada tubuhnya.

Melihat kehadiranku, jururawat yang merawatnya berdiri, memberi ruang kepadaku untuk duduk di tepi katil mummy.

" Tinggalkan saya dan ibu saya sebentar," kataku dan disambutnya dengan anggukan sebelum melangkah keluar.

Aku menarik nafas panjang dan melepaslannya dengan perlahan. Tiada apa yang rasanya layak aku katakan sebagai menebus rasa bersalahku pada mummy.

" Maafkan Aryan, mum, " aku bersuara perlahan.

Ku usap lengan ibuku. Melihat keadaannya begini membuatku lemah dan tidak berdaya. Betapa aku merasa menyesal telah menyebabkan keadaannya jadi begini. Andai saja...Aku menyapu beberapa titis air mata yang jatuh menimpa pipiku.

" Katakan apa yang harus Aryan lakukan agar mummy mahu bangun dan memaafkan Aryan," kataku dengan suara serak.

Namun mummy hanya membisu, tanpa memberikan respon sedikitpun. Aku merasa sebak. Dadaku terasa berat sekali. Aku merasa berdosa pada mummy.

" Andai mummy bangun, Aryan berjanji akan melakukan apapun untuk mummy. Aryan berjanji, mum," tanpa sedar, janji itu terlafaz dari bibirku.

Ku perhatikan wajah ibuku. Matanya tidak terbuka sedikitpun. Namun aku perasan jemarinya bergerak-gerak dalam genggamanku.

" Mummy..., " ku panggil namanya.

" Please, mum. Buka mata mum. Setelah ini, Aryan berjanji akan memenuhi semua kehendak mum," kataku.

Tiada apa yang ku inginkan saat ini, selain melihat ibuku membuka matanya. Menurut Nilia, sudah empat hari ibuku dalam keadaan begini. Kesihatannya memburuk setelah terbatalnya pernikahanku dengan Lisa.

" Aryan..., " perlahan mata mummy terbuka.

"Mummy...," air mata lelakiku jatuh.

Ku peluk tubuh ibuku yang sedikit susut. Aku bersyukur mummy akhirnya membuka matanya. Aku akan merasa amat bersalah dan berdosa andai selamanya mummy tidak lagi membuka matanya.

"Syukur mummy sudah sedar," ucapku setelah meleraikan pelukanku.

Ibuku tersenyum lemah. Matanya memandangku sambil bibirnya bergerak-gerak.

"Katakan apa saja yang ingin mummy katakan," kataku.

" Aryan sanggup melakukan apa saja yang mummy minta?" Ibuku bertanya dengan suara lemah.

"Apa sahaja, mum," aku mengangguk.

Wajah ibuku kelihatan berseri-seri. Apa yang membuatku sedikit hairan, ibuku mudah sahaja mengangkat tubuhnya dan bersandar pada kepala katil. Aku ingin bertanya, namun niat itu aku urungkan.

"Menikahlah dengan Lisa. Hanya itu yang mummy inginkan," katanya.

Dup! Lontaran permintaan mummy aku rasakan ibarat batu besar yang menghempap dadaku. Terasa berat dan membuat dadaku sesak. Malah paru-paruku seakan terhenti berfungsi.

Secret LoverWhere stories live. Discover now