SL 15

5.3K 64 9
                                    

" Tak ku hiraukan badai yang mungkin esok kan datang membadai. Saat ini aku aku hanya ingin menikmati detik-detik indah bersamamu-Adryan Aryan" .
_______________________________________

Adryan Aryan's POV

Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Namun aku belum mahu melelapkan mata. Aku belum puas menyentuh wanita kesayanganku yang kini sedang lena dalam pelukanku.

Tiga pusingan belayar bersamanya, ternyata aku belum puas. Malah masih menginginkannya. Tubuh telanjangnya yang bersentuhan dengan tubuhku yang juga masih telanjang membangkitkan semula rasa berahi.

Aku semakin erat memeluk tubuhnya yang berbaring mengiring membelakangiku. Tanganku yang sebelum ini memeluk payudaranya kini menjalar ke bawah.

Jemariku dengan mudah menemukan daerah intimnya. Ku remas perlahan. Ternyata masih basah dan lekit hasil percintaan kami beberapa jam yang lalu. Daerah itu masih ada pelincir.

Aku senyum. Soffyana tidak bertenaga lagi untuk membersihkan diri setelah tenaganya ku perah habis. Tiga pusingan, entah berapa kali dia klimaks. Tiga kali aku semburkan sperma ke dalam rahimnya.

Ku harap antara ribuan sperma yang ku lepaskan, semoga ada satu yang berjaya berenang dan menemukan ovoumnya. Semoga saat ini, sedang berlaku persenyawaan dalam rahim Soffyana.

" Aku mahu lagi, sayang," aku berbisik di telinga Soffyana.

Dari hadapan, jemariku menguak pintu gua nikmatnya agar terbuka lebih luas. Sedang dari belakang, hujung senjataku sudah beberapa kali menghampiri pintu gua nikmat itu. Hanya menunggu waktu untuk menerobos masuk.

" Adryan..," dia melenguh.

"Hmmm...," aku mencium selangkanya. Sengaja aku hembuskan nafas pada tengkuknya.

"Tidur, Adryan," katanya dengan manja.

"Aku belum mahu tidur," kataku.

" Kenapa? Malam sudah larut, Adryan,"  katanya, masih dengan mata terpejam.

"Kita sedang berbulan madu, sayang," lidahku menjilat belakang telinganya.

Jemariku dan junior ku pula menggoda bahagian bawahnya. Perlahan-lahan aku dapat merasakan tubuh Soffyana mula bereaksi. Nafasnya mula menderu. Kakinya mula disorong tarik. Tangannya bergerak ke belakang, meraba punggung telanjangku.

"Aku letih, Adryan," katanya.

Aku tahu dia letih. Dan aku suka membuatnya letih. Aku ingin memberikan kenikmatan bercinta kepadanya agar hanya pengalaman bercinta denganku yang diingatnya.

"Sekali sahaja lagi. Setelah itu, kita sama-sama tidur," kataku.

"Adryan..." suaranya lemah tidak bertenaga.

"Hmm.." Aku menghunuskan senjataku. Tanganku menekan Miss-v nya.

"Ahhh...Adry..Yan...Ohhh..." Soffyana memalingkan wajahnya hingga wajah kami berhadapan.

Tangan Soffyana memaut tengkuk ku. Wajahnya yang begitu dekat dengan wajahku membuat aku semakin terbakar. Tidak ku lepaskan peluang itu. Ku sambar bibirnya dan ku pagut dengan kasar.

" Kamu membuatku ingin memilikimu lagi dan lagi, sayang. Aku takkan pernah merasa puas menyentuhmu," aku menghunuskan senjataku berulang kali.

"Adryan,....," Soffyana membisikkan sesuatu di telingaku.

"Biarkan begini sebentar," kataku. Tanganku masih memeluknya erat.

" Please," Soffyana berusaha membalikkan tubuhnya.

Secret LoverWhere stories live. Discover now