" Dia ialah putera raja yang sempat aku mimpikan. Begitu tampan dan ibarat magnet yang menarik aku kepadanya setiap kali aku berdekatan dengannya. Namun sering aku tertanya, layakkah aku memilikinya? - Soffyana Ayanna"
Soffyana Ayanna's POV
Aku mengeliat, terjaga dari tidurku ketika sedikit sinar cahaya pagi yang menerobos masuk melalui langsir yang ternganga menerpa mataku.
Aku cuba bangun, namun rasanya agak sukar. Ada rasa ngilu pada daerah di antara pahaku.
"Aduh...," keluhan kecil terlepas dari sepasang bibirku.
"Soffy..why? " aku menoleh ke sampingku. Terkejut. Aku membeliakkan mata.
"Adryan, apa yang kamu buat di sini?" aku bertanya panik. Namun dia tersengih dan mencium pipi kiriku.
"Tidur bersama isteriku. Salah?" dia mengenyitkan matanya.
"I'm not your wife," aku memukul dadanya.
"Yes, you're my wife. I've taken your virginity, remember?"
Lancangnya dia mengingatkan aku pada apa yang telah dilakukannya semalam. Dia masuk ke dalam bilik tidurku, menggodaku dan mengambil perawanku.
" Dengan mengambil perawanku, kamu belum ada hak untuk mengakui aku sebagai seorang isteri, " kataku.
Adryan menyelak selimut yang menutupi tubuh kami. Senyumannya kian lebar tika matanya menjamah tubuh telanjangku.
"Aku mahu sarapan pagiku," katanya.
"Adryan..no!"aku terjerit kecil dengan seluruh bulu romaku meremang. Tubuh besar Adryan menindih tubuhku.
" Yes, " bibirnya berada di atas kulit leherku.
" Aku mencintaimu, Soffyana, " seraya bibirnya menghisap kulit leherku.
" Adryan, " kepalaku terdongak ke atas, memberinya lebih akses untuk menjelajah leherku hingga ke tulang selangkaku.
"Nikmat?" dia menjilat bawah telingaku.
"Oh..," tubuhku mengelinjang. Jemariku menyusup ke dalam rambutnya yang tebal.
"Bagaimana dengan ini, Soffyana?" dia turun lebih ke bawah hingga menemukan bukit kembarku.
Tangannya memicit pangkal payudaraku. Lidahnya menyentuh hujung putingku. Bermain di situ, menolak ke kiri dan ke kanan dengan lidahnya. Setelah putingku benar-benar basah dan mengeras, Adryan memasukkannya ke dalam mulutnya dan menyedot dengan rakus.
Seiring dengan itu, tubuhku terasa terbakar. Benar-benar terbakar. Ada bahagian tubuhku yang berdenyut, menginginkan sentuhan yang lebih lagi.
"No..," perkataan yang tidak membawa apa-apa makna bagi Adryan.
"Please, stop!" Padahal aku sendiri tidak tahu apakah itu permintaan yang jujur untuk memintanya agar dia berhenti. Atau hanya sekadar hiasan desahan nakal yang keluar dari mukutku tanpa sedar.
"Aku tahu kamu sama terbakar seperti aku, Soffyana," Adryan turun lebih ke bawah.
Lidahnya menjilat kulit perutku, dengan gerakan memutar pada sekeliling pusatku. Mulutku membantah, sialnya tubuhku merespon setiap sentuhannya.
Beberapa kali aku mengelinjang dan melentingkan tubuh. Mataku terasa berair, menahan berani yang membakar seluruh tubuhku.
"See? You're wet," Adryan meraba daerah sensitifku dengan jarinya dan tersenyum lebar tika dia mendapati aku benar-benar sudah basah.
"Tahu apa yang ingin aku lakukan sekarang, Soffy?" dia bertanya. Jemarinya terasa menguak belahan di bawah sana.
"Please, don't," aku merayu lagi. Namun rayuanku membuat Adryan semakin nakal.
Dia mendekatkan wajahnya pada tempat di mana jemarinya berada. Seperti kucing mengendus ikan panggang, begitulah dia mengendus Miss-V ku.
Aku menahan nafas saat merasakan lidah Adryan mulai mencecah dan menjilat selangkangku. Tubuhku melenting. Tanganku mencengkam rambutnya.
"Aku akan membuatmu merayuku, sayang. Aku akan membuatmu memintaku agar memuaskanmu," kata-katanya membuat tubuhku meremang.
Dia tidak tahu apa yang sudah dilakukannya kepadaku. Dia tidak tahu bahawa aku sedang menderita, sedang terbakar. Dan...hanya dia yang dapat melenyapkan semua rasa itu.
Adryan menunaikan janjinya. Dia menjelajah setiap inci tubuhku dengan bibir, lidah dan jemarinya.
"Ahh...Adryan..please....," aku sudah tidak sanggup lagi.
"Minta apa yang kamu mahu, sayang. Aku akan memberikannya," katanya.
"Ohh.. Oh... I want...," semua yang ingin ku katakan mati di situ kerana Adryan membekam bibirku dengan mulutnya. Lidahnya menerobos masuk dan menjelajah di dalam sana. Sial, dia sengaja menyiksaku.
"Katakan apa yang kamu mahu, sayang," bisiknya tika dia melepaskan bibirku yang terasa membengkak.
Kakinya membuka lebar kakiku hingga tubuh besarnya berada di antara pahaku. Dia menggeselkan Jack in the box miliknya pada Miss-V ku.
"Kamu sengaja menyiksaku," kataku kesal dan separuh merajuk.
"Tak. Aku hanya mahu kamu memintanya, Soffy," jawabnya.
"Kamu tahu apa yang aku inginkan saat ini. Ahh...," aku mengelinjang lagi bila dua bahagian di bawah sana kini saling berciuman. Adryan tertawa kecil melihat reaksiku.
"Hentikan saja, Adryan," aku merajuk. Aku tidak tahan lagi.
"Kamu malu untuk memintanya, hmmm...," dia memandang ke mataku.
"I 'll give you what you want, honey," serentak dengan itu dia menekan pinggulnya.
"Ahhh... Adryan..," aku memejamkan mata saat tubuh kami menyatu dengan sempurna.
"So beautiful. It feel wonderful when we' re together like this," katanya, mula memaju mundurkan pinggulnya.
"Soffyana..," diikuti ketukan di pintu bilikku.
" Mummy...," kataku perlahan. Adryan mendengar, namun dia tidak peduli sedikitpun.
"Soffy..are you okey?" suara di luar menyapa lagi.
"Adryan.. Mummy di luar," aku berkata perlahan.
"So?"
"Stop now," kataku separuh berbisik seraya cuba menolak tubuhnya.
"Soffy.." dan pintu bilikku terus di ketuk.
"Say something, Soffy. Katakan apa sahaja. Aku belum mahu berhenti sekarang," Adryan terus bergerak di atas tubuhku.
" Soffy..."
"Maaf, mummy. Saya baru selesai mandi," aku memberi alasan.
"Mummy tunggu, okey. Ingat janji kita pagi ni, Soffy," diikuti bunyi derap langkah berlalu pergi.
"Baru selesai mandi? Atau sedang bermandi peluh," Adryan mengusikku.
Vote dan komen.
Happy reading.Tbc...
*** Saya berharap pada pembaca menikmati Secret Lover. Mungkin ini akan menjadi karya terakhir saya di wattpad. Mungkin...
YOU ARE READING
Secret Lover
Romance*** Untuk bacaan dewasa sahaja ( banyak mengandungi unsur dewasa.) Mohon bijak membuat pertimbangan sebelum membaca cerita ini. Soffyana..seorang gadis biasa yang hanya mengimpikan kehidupan biasa yang sederhana namun bahagia. Soffyana tidak perna...