SL 4

7.6K 73 13
                                    

"Tiada bayaran untuk cinta yang tulus dan suci-Adryan Aryan"

Adryan Aryan's POV

" Kamu duduk di hadapan, Soffy," aku berbisik kepadanya.

"Tak. Aku akan duduk di belakang. Biar mummy yang duduk di depan."

Soffyana yang mengenakan jeans biru serta baju T putih berlengan singkat terus menuju ke pintu bahagian penumpang.

"Kamu duduk di depan, di sebelahku. Biar mummy duduk di belakang," aku memujuk Soffyana.

Tangannya yang sudah menarik pemegang pintu kereta aku tahan dengan tanganku. Namun Soffyana cepat-cepat menarik tangannya.

"Nanti mummy nampak, Adryan," katanya.

Aku tidak punya pilihan selain mengalah. Aku hanya memandang Soffyana masuk dan duduk di kerusi penumpang di belakang.

Aku mengenderai keretaku, membelah jalan raya yang sedikit sesak. Aku mengharapkan Soffyana duduk di sebelahku. Namun, gadis itu beria-ia meminta ibuku yang duduk di hadapan.

"Tumpukan perhatian pada jalan di hadapan, Aryan," tegur ibuku.

"Ya, mummy," aku menjawab.

Padahal pandanganku lebih fokus pada  cermin pandang belakang yang ada di hadapanku. Melalui cermin pandang belakang itu aku mengintai wajah Soffyana.

Aku senyum sendiri saat sesekali pandangan mata kami bertemu pada pantulan cermin itu. Saat tertangkap sedang mengintaiku, Soffyana cepat-cepat melarikan pandangannya.

"Jangan segan, sayang. Tatap dan renunglah aku sepuasmu," hatiku berbicara padanya. Bicara yang ku hantar melalui signal mata, namun tak mungkin difahaminya.

"Tak mengapa, sayang. Malam nanti aku mahu kamu membayar semuanya," hatiku berbicara.

Malam nanti dan malam-malam seterusnya, dia akan menjadi milikku. Tiada seorang pun yang dapat menghalangku untuk memilikinya.

♥️♥️♥️

Kami masuk ke sebuah shopping complex. Ibuku memang wanita yang gemar membeli-belah. Benar kata orang bahawa wanita dan shopping memang tak dapat dipisahkan.

"Pilih apa yang kamu mahu, Soffy. Nanti mummy akan membayarnya," kata ibuku pada Soffyana sambil tangannya sibuk memilih beg tangan.

"Tak mengapa, mummy. Saya tak berminat," aku mengangkat sebelah alis mendengar jawapan Soffyana.

"Luar biasa," aku berkata dalam hati sambil mencuri pandang ke wajahnya.

Kemudian aku mengalihkan pandangan pada deretan beg tangan di hadapan kami. Semuanya kelihatan cantik dan elegant. Tapi mengapa Soffyana mengatakan dirinya tidak berminat?

"Pilih sesuatu, Soffyana. Beg tangan, kasut atau dress. Pilih saja. Nanti aku yang akan membayarnya," kataku.

Ibuku yang berada di sudut yang agak jauh dari Soffyana memberi aku peluang untuk mendekati gadis itu.

"Semuanya masih ada dan masih boleh digunakan. Aku tidak memerlukan yang baru," Soffyana menjawab tanpa mahu memandangku.

"Please, pilih sesuatu, Soffy. Aku akan membayarnya. Anggap sahaja sebagai bayaran untuk keperawananmu yang ku ambil malam tadi," kataku mengusiknya.

" Bayaran? Jadi kamu kamu mahu membayarnya? Seolah-olah aku menjual keperawananku? Begitu, Adryan?" suara Soffyana perlahan. Namun yang jelas ada getar pada suaranya.

Secret LoverWhere stories live. Discover now