Bagian 02|

8.6K 890 23
                                    

Happy Reading 🌻❤️

2. Tentang Silpa

Jakarta, 20 Januari.

Dilain tempat seseorang yang juga sedang terbaring lemah dengan wajah yang pucat sudah seperti mayat di Hospital bed, yang ada di bangsal rumah sakit tersebut.

Terdengar suara tangisan yang menyayat hati siapa saja yang mendengar nya. Yaitu suara tangisan sang Mami yang tidak terima alat bantu pernafasan putri satu-satunya akan dilepas Dokter.

"Maaf Nyonya! tolong lepaskan putri anda. Kami akan segera melepas alat-alat ditubuh pasien! Dia sudah pergi!" Alvin~Dokter yang menangani kondisi melangkah dan sudah memegang alat bantu pernafasan di hidung Silpa, tapi terhenti karena teriakan dari Eva Mami Silpa.

"Berhenti brengsek! Putri saya masih hidup."

"Jangan sentuh putri saya!" sambil menangis Eva melepas rangkulan suaminya dan mendorong Alvin menjauh!

"Pergi!"

"PERGI SAYA BILANG! DOKTER TULI HEH?" Sakya langsung memeluk istrinya yang sudah hilang kendali itu. Dan melihat Dokter Alvin, seraya mengangguk seolah berkata, 'Turuti kemauan istri saya dok!'
Dokter Alvin menurut dan mengajak para suster untuk keluar.

"Mami tenang Mi!" Sakya mencoba menenangkan sang istri.

Melihat keadaan kacau keluarga nya, Nevan berjalan mundur menuju pintu keluar dengan mata berkaca-kaca dan langkah yang gontai.

Berjalan ke kamar mandi yang ada di ujung lorong bangsal adiknya. Nevan masuk dan langsung terduduk lemas dengan tangan yang menutup wajahnya. Tangis yang sedari tadi di tahan dikeluarkan. Nevan menangis dengan tersedu-sedu.

"Hikss. Ini semua salah gue!"

"G-gue bukan abang yang baik!"

"Kalo aja hari itu gue nggak sok sibuk belajar!"

"Kalo aja hari itu gue nemanin Sasha ke supermarket. Ini ga akan terjadi!"

"G-gue abang yang bodoh!"

"Maafin abang Sasha... Hikss." Nevan terus menangis dan meracau menyalahkan dirinya yang tidak becus menjaga adik kesayangan nya itu. Dia merasa gagal menjadi kakak pelindung untuk Silpa.

Nevan masih ingat 4 hari yang lalu adiknya itu merengek meminta dia menemaninya ke supermarket depan rumah.

Flashback On

4 hari yang lalu

"Bang."

"Hm?"

"Abang Evan sibuk ga? temani Sasha dong!"

"Kemana?"

"Supermarket depan rumah!"

"Dih depan rumah aja kudu ditemani apa?"

"Ihh abang ayolah! Sasha mau beli cemilan!" rengek Silpa manja

"Abang masih ada peer dek, Sasha kan tau kalo tadi abang tidur siang jadi belum ngerjain!" jelas sang kakak yang masih fokus dengan buku-bukunya.

"Ish abang nyebelin!" Silpa pergi dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal. Nevan yang melihat itu hanya terkekeh, dan melanjutkan peer nya.

Flashback Off

Memang benar penyesalan itu selalu datang terakhir.

Drrrrt drrrrt drrrrt

Jiwa yang Tertukar [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang