Bagian 29|

3.7K 474 34
                                    

Happy Reading 🌻❤️

29. Kebohongan Arthur
.
.

9 hari sebelum bulan purnama.

Agam membolak-balikkan Diary milik Silpa dengan gusar, selembar catatan penting yang dulu ia selipkan disana sudah hilang.

Sekarang Agam ada di kamar Silpa. Pria itu ada disini sekarang karena Kedua orangtua Silpa sedang liburan, Nevan juga ada acara dengan temannya. Hal itu menjadi kesempatan Agam untuk pulang tanpa ada yang tahu. Ia ingin tahu kenapa Silpa pernah dekat dengan Arthur.

Silpa sendiri ada di Bandung sekarang. Setelah pulang dari Singapur, kepribadian Silpa berubah menjadi Agam yang dulu, dingin dan kasar. Bahkan pelayan di rumah Agam menjadi sasaran empuk bagi Silpa.

Kembali ke Agam, sekarang pria itu sudah beralih menuju lemari Silpa, lemari khusus untuk penyimpanan buku-buku Silpa. Silpa memang suka mengoleksi buku, novel, komik, dan lainnya. Sangking banyaknya, beberapa buku atau novel ada yang belum sempat di baca gadis itu.

Mata Agam berbinar kala melihat selembar kertas terselip di antara komik milik Silpa. Dengan segera tangan gadis itu meraih selembar kertas yang tidak utuh lagi. Terdapat sobekan di atas kanan lembar kertas tersebut, tapi tenang saja isinya masih utuh kok.

Agam melipat kertas itu menjadi beberapa bagian dan menyimpannya di kantong jaket yang ia kenakan. Matanya menatap lurus jendela kamarnya sebelum hilang di balik pintu keluar.


***

8 hari sebelum bulan purnama.

Di jalanan kota tempat Agam tinggal lumayan sepi, Silpa mengendarai motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Ia menatap jalanan datar, pikirannya kembali flashback ke masa-masa kebersamaan nya dengan Papanya. Ia sudah membaca surat yang ada di amplop dari om Ando, surat yang di tulis oleh papanya sebelum akhir hayat Alan. Isi dari surat itu adalah permintaan maaf sang papa, sekaligus fakta-fakta yang belum Agam ketahui.

Agam sangat menyesal. Sungguh! Kenapa ia mengetahui fakta itu ketika Alan sudah tiada. Mungkin ini karmanya karena belum sempat meminta maaf kepada Alan. Ya, walaupun dari sisi Alan sendiri Agam sudah meminta maaf dan berubah di depan Alan, tapi nyatanya yang meminta maaf itu Silpa bukan dirinya.

"Gue memang brengsek," guman Agam.

Ia memelankan laju kendaraannya ketika di depan ada sebuah mobil yang berhenti di tengah jalan. Bukan tanpa alasan, mobil itu berhenti karena pengendaranya ingin berniat mencuri tas milik seorang wanita yang berdiri di tengah jalan, sepertinya wanita itu tengah menunggu jemputan.

Sebenarnya Silpa tidak ingin Ikut campur, tapi sekarang ia sedang butuh pelampiasan. Jadi ia bisa melampiaskan amarahnya kepada supir berkedok pencopet itu.

Silpa memarkirkan motornya asal dan dengan cepat turun, gadis itu berlari ke arah mereka, bermaksud membantu wanita yang malang itu. "Lepasin," ucap Silpa. Tangannya menarik paksa tas wanita itu dari genggaman pria yang juga berusaha menarik tas.

"Heh gak usah ikut campur anak gadis!" 

Tas itu sekarang beralih ke tangan Silpa, ia lalu memberikan tas tersebut ke pemiliknya. "Ibu tunggu disana," ucap Silpa seraya menunjuk motornya. Wanita itu mengangguk takut, dan pergi ke arah yang di tunjuk Silpa.

"Berani nya kamu!" Preman itu menggeram marah.

Silpa tersenyum smirk kala melihat pria gondrong itu pergi dan kembali berjalan ke arahnya dengan sebuah kayu di genggaman pria itu.

Bugh.... Bugh.....

Dengan cepat Silpa menghindari serangan bertubi-tubi dari pria yang memegang kayu itu. Tangannya menahan kayu yang hampir mengenai wajahnya.

Jiwa yang Tertukar [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang