Bagian 36|

3.6K 433 18
                                    

Happy Reading 🌻❤️

36. Fenomena bulan purnama
.
.
.

Seperti yang telah dijanjikan kemarin, malam ini Agam dan Silpa akan bertemu untuk mengakhiri semuanya. Ya! Hari ini adalah hari bulan purnama muncul. Hari dimana katanya jiwa mereka bisa bertukar kembali.

Saat ini mereka berdua berada di atas rooftop apartemen Silpa. Di malam yang hening bersama-sama menunggu bulan purnama muncul.

Agam memandang pemandangan kota dari atas rooftop. Ini adalah salah satu kegiatan favorit Silpa dulu saat ia menginap di apartemen. Pria itu merapatkan jaket yang ia kenakan guna menghangatkan tubuhnya. Tadi sore turun hujan, sehingga malam ini cuacanya sangat dingin dan lembab.

Sedangkan Silpa. Gadis itu duduk di kursi panjang yang tersedia di sana. Menatap datar punggung Agam yang sedang memandang ke bawah.

Sesekali ia mengecek ponselnya, guna mengusir rasa bosan. Kemudian terlintas ide dibenak Silpa untuk menghubungi Revan. Ia tidak tahu kabar Revan sekarang. Pertemuan terakhir mereka yaitu saat Revan mendatanginya untuk pamit ke Bali.

Tanpa pikir panjang Silpa menekan nomor Revan dan menghubunginya. Semoga aja dia nggak sibuk. Bisiknya dalam hati.

Seperti harapannya, Revan memang tidak sibuk. terbukti dari, di dering pertama Revan langsung mengangkat panggilan dari Silpa.

"Halo?" Terdengar suara Revan dari seberang. Silpa tersenyum tipis mendengar suara sahabat kecilnya itu.

Agam yang mendengar suara Revan- yang memang di speaker oleh Silpa, berjalan mendekat ke Silpa, sepertinya Pria itu juga ingin berbicara dengan Revan.

Tanpa ba-bi-bu Agam menarik ponsel itu dari tangan Silpa.

"Halo Revan..., Gue kangen banget sama lo," ujar Agam kelewat excited. Ponselnya ia arahkan lebih dekat ke telinganya. Silpa mendelik saat mendengar perkataan Agam.

"Alay Lo," sahutnya.

"Ha ha ha." Revan diseberang tertawa besar. "Gue juga kangen sama Lo Sil, sama Agam juga," ujar Revan setelah puas tertawa.

Agam tersenyum lebar. Sedangkan Silpa memperagakan perasaan ingin muntah, mendengar Revan yang menjawab ucapan alay Agam alias Silpa.

"Eh, btw ada apa nelpon? Tumben banget!" Lanjut Revan bertanya. Tidak biasanya kedua sahabatnya itu menelpon.

"Eum kita uda--"

"Gue mau nanya." Silpa memotong ucapan Agam. Memberi kode ke Agam agar Silpa saja yang menjelaskan.

"Nanya apa Gam?"

"Gue sama Silpa udah di bawah bulan. Tinggal nunggu bulan purnama muncul. Tapi, gue gak tahu mau ngelakuin apa aja." Jelas Silpa panjang lebar. Agam disampingnya ikut menyimak.

"Kok bisa? Bukannya gue udah kasih tau cara-caranya ya," jawab Revan. "Silpa juga nggak ingat?" Tanya nya lagi.

Agam menggeleng, walaupun kenyataannya Revan tidak melihatnya. "Gue juga nggak tau Rev. Maaf gue nggak nyimak waktu itu." Ujar Agam merasa bersalah.

Terdengar helaan nafas pendek dari seberang. "Nanti deh gue kirim link halaman artikel nya."

Agam tersenyum cerah. "Thanks Revan." Sedangkan Silpa tersenyum tipis. "Oke gue tunggu," ujarnya kepada Revan.

"Bentar gue kirim dulu."

"Oke Revan," balas Agam menyahut ucapan Revan.

Drtttt.. Drtttt...

Jiwa yang Tertukar [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang