Bagian 27|

3.7K 437 25
                                    

Happy Reading 🌻❤️

27. Oh shit!
.
.
Dilain tempat seorang gadis tengah menarik koper mini, ia memakai style airport ditambah kacamata dengan kaca yang berwarna hitam, dan masker warna putih. Meskipun ia menutupi wajahnya dengan masker, hal itu tak menutupi kecantikannya.

Bandara saat ini lumayan lengang karena memang, bukan tanggal liburan. Gadis dengan koper merah ditangannya, berjalan sendirian melewati beberapa orang yang berlalu lalang.

Tujuan gadis itu hanya satu. Yaitu parkiran, tempat dimana dia dan seseorang sudah janjian. Ah, dia merindukan tempat ini.

"SILPA!"

Gadis itu menoleh ke arah seseorang yang memanggil namanya. Dengan cepat ia menarik kopernya menuju mobil, dimana orang itu sudah menunggu sambil melambaikan tangan ke arahnya.

Sesampainya di mobil, gadis langsung itu membuka kacamata dan masker dari wajahnya. "Hufftt..." dan menghela nafas lega.

"Gue udah lama gak ketempat ini." Ujarnya sambil memandang sekeliling dari dalam mobil.

"Nanti gue ajak keliling deh Sil!" Jawab seseorang di sebelahnya.

"Jalan pak!"

"Baik Den."

Mobil mereka mulai jalan perlahan demi perlahan, meninggalkan parkiran yang sudah jauh di belakang.

Beberapa menit kemudian.

"Sudah sampai Den, Non." Ujar Sopir yang membawa Silpa. Saat ini mereka berhenti di sebuah mansion mewah milik keluarga Sebastian.

"Baik terimakasih pak."

Dengan cepat Silpa dan seorang pria di sampingnya turun, Pria itu mengambil alih koper milik Silpa. "Biar gue aja!" Ujar pria itu pelan.

Silpa mengangguk, menyerahkan kopernya ke tangan pria itu.

"Agam dimana?"

Mereka berdua mulai berjalan dengan beriringan, menuju pintu utama mansion tersebut.

"Masih sekolah!" balas pria itu menanggapi pertanyaan Silpa.

"Lo gak sekolah?"

Pertanyaan Silpa membuat pria itu berhenti sehingga Silpa juga ikut berhenti. "Lo gak liat gue pake baju apa?" Tanya pria itu sambil mengendikkan dagunya ke arah pakaian yang dipakai. "Gue bolos demi jemput Lo," ucap Revan dan mendengus geli setelahnya.

Silpa memandang nya datar. "Ya, salah siapa ngotot jemput gue? Padahal nggak ada yang nyuruh kan?"

Setelah melontarkan pertanyaan itu, Silpa berjalan melewati pria yang masih memakai seragam sekolah itu.

"Ya kan gue kaget, kenapa Lo tiba-tiba datang kesini. Padahal masih jam sekolah!" Ujar Revan tak terima. Pria itu menarik koper Silpa cepat, dan berusaha mengimbangi jalan Silpa.

Memang pada jam istirahat kedua tadi, Revan menerima pesan singkat dari Silpa yang isinya 'Silpa ada di bandar udara di Bandung, dan akan berangkat ke kediaman Sebastian. Rumah Agam.
Sehingga tanpa pikir panjang Revan izin kepada Agam ada urusan penting, padahal aslinya pria itu menjemput Silpa dari Bandara.

"Ya terus? Gue gak boleh pulang ke rumah gue sendiri? Agam aja boleh tuh." Ujar Silpa tak mau kalah.

Sesampainya di depan pintu, mereka berdua langsung di sambut beberapa pelayan di rumah itu. Dengan berbagai pertanyaan di benak mereka, salah satunya 'siapa gadis yang saat ini bersama sahabat dari tuan muda mereka?.

"Bi Inah," panggil Revan. Bi Inah yang dipanggil dengan cepat menghampiri mereka. "Iya den Revan." Sapanya ramah.

"Tolong bawa Silpa ke kamar atas, samping kamar Agam. Ini perintah Agam." Ujar Revan kepada Bi Inah, yang langsung di angguki beliau tanpa banyak tanya. "Mari ikut bibi Non." Ujarnya kepada Silpa.

Jiwa yang Tertukar [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang