Bagian 34|

3.7K 436 131
                                    

Happy Reading 🌻❤️

34. H1 Bulan purnama
.
.
.

Satu hari sebelum bulan purnama.

Di pagi hari yang cerah ini, Silpa dan Nevan baru saja pulang dari taman. Tempat mereka biasa melakukan olahraga pagi, seperti weekend sebelumnya.

"Haus banget...," Nevan berujar lesu, sambil berjalan menuju lemari pendingin. Mengambil sebotol air mineral yang sudah didinginkan sebelumnya.

Nevan meneguk air langsung dari botol dengan tidak sabaran, sehingga membuat beberapa air menetes di bajunya, hal itu membuat bajunya yang basah karena keringat, semakin basah.

"Uhh..., Seger."

"Bang Nevan." Panggilan dari Silpa mengalihkan atensi Nevan. Pria itu berjalan menghampiri Silpa.

"Kenapa dek?"

"Lapar."

"Lah? Bukannya kita barusan makan siomay ya dek. Udah lapar lagi?"

"Hem.., Masih lapar."

Nevan terkekeh, lalu mengacak rambut Silpa dengan gemas. "Tunggu ya, nanti abang masakin buat Silpa."

Silpa mengangguk antusias. Lalu duduk di pantri, menunggu Nevan memasak untuknya. Sebelum-sebelumnya Nevan tidak pernah memasak untuk Silpa.

Nevan mengambil celemek yang menggantung di samping kulkas, lalu mengenakannya dengan cepat. Dengan telaten, tangannya bergerak memotong bumbu dapur yang diperlukan. Dan mulai memasak untuk Silpa.

15 menit kemudian.

"Udah selesai..., Nasi goreng spesial, ala bang Nevan. Cobain gih," Ujar Nevan. Tangannya meletakkan sepiring nasi goreng di depan Silpa. Dan sepiring lagi untuknya.

Silpa tersenyum dan mengangguk pelan. Hiasan di nasi goreng itu membuat Silpa tak sabar untuk menghabiskannya.

Tangannya mulai memegang sendok dan memasukkan sesuap nasi goreng ke mulutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangannya mulai memegang sendok dan memasukkan sesuap nasi goreng ke mulutnya. Gadis itu mengunyah nasi goreng buatan Nevan dengan pelan, Indra perasanya mulai bekerja, mengecap rasa yang ada di nasi goreng tersebut.

Tapi belum ada 5 detik, gadis itu memuntahkan kembali nasi yang ada di mulutnya. Ternyata ekspetasi Silpa tentang rasa nasi goreng buatan Nevan jauh dari realita.

"Huekk..., asin."

"Eh, asin ya dek? Maaf, abang memang gak pantai ngeracik bumbu. Hehehe."

Nevan terkekeh geli menatap Silpa, yang saat ini meminum air dengan rakus.

"Kita pesen makan aja ya?" Ujar Nevan, setelah Silpa meletakkan gelasnya ke meja.

"Nggak usah."

"Dih, ngambek nih!?"

"Siapa yang ngambek?"

"Ngaku aja deh dek. Haha," Nevan tertawa kecil, lalu mengangkat piringnya dan Silpa ke Wastafel.

Jiwa yang Tertukar [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang