Halo semuanya.. aku datang bawa extra part buat kalian nihh. Tapi sebelumnya aku makasih banget lho buat kalian semua yang antusias banget sama cerita ini. Apalagi yang ngevote dan komentar, dan ngefollow akun aku.. makasih yaa🤗💓
Happy reading
.
.
.Silpa tersenyum simpul seraya menutup buku yang baru saja dibaca. Gadis-ralat Wanita itu menghembuskan nafas lega, karena ia sudah selesai menceritakan sebuah kisah tentang dirinya beberapa tahun yang lalu. Ia menoleh menatap putranya yang kini sibuk menghapus air mata.
"..."
"Bunda.. c-cerita yang bunda ceritakan sedih sekali," ucapnya dengan sesenggukan. Sesudah itu menunduk malu karena ditatap begitu intens.
Silpa terkekeh geli menatap wajah lugu anak remaja itu. Tangannya bergerak menghapus sisa-sisa air mata yang tertinggal di sudut mata putranya.
"Cengeng banget sii kamu ini."
"T-tapi cerita bunda tadi emang sedih banget tauu," elaknya. Remaja itu berhenti sejenak untuk memandang wajah Silpa. "Apalagi pengorbanan paman Revan.. Aku terharu sekali. Paman merelakan hidupnya demi kedua sahabatnya. Ada yaa, orang sebaik dan setulus paman Revan." Lanjutnya lagi. Ia kini sudah berhenti menangis.
Silpa tercenung sejenak. Lalu tangan kanannya bergerak mengelus rambut putranya dengan lembut. "Oleh karena itu,, bunda sama ayah tidak akan pernah lupa sama kebaikan Revan. Dia akan selalu ada disini, bersama kita." Seulas senyum tulus terbit di bibirnya, kala membayangkan kebersamaan mereka dengan Revan dulu.
Remaja lelaki itu mengangguk. "Itu juga alasan mengapa bunda sama ayah memberikan aku nama 'Revan?"
Silpa memandang putranya itu dengan lekat, lalu tersenyum tanpa menjawab pertanyaan yang di ajukan. Memang benar. 18 tahun sudah berlalu, tetapi Silpa dan Agam belum bisa melupakan sosok Revan. Mereka selalu merasa bersalah atas kepergian Revan. Maka dari itu, ketika putra mereka lahir, Agam langsung menamai putra mereka dengan nama Revan. Silpa tidak masalah,, justru ia senang karena dengan begitu mereka tidak akan bisa melupakan Revan begitu saja.
'Revano Keith Sebastian'
Itu nama putra mereka. Revano atau biasa mereka panggil Vano adalah putra mereka satu-satunya.
Revano yang tidak mendapat jawaban mendongak, menatap Silpa yang tengah melamun. "Nda?"
Silpa tersadar dari lamunannya dan melirik jam yang tergantung cantik di dinding kamar Revano. "Udah larut nih.. Vano tidur, ya?"
Revano mengangguk. Menyimpan banyak pertanyaan dibenaknya. Ia bersiap-siap melakukan ritual sebelum tidur. Sementara Silpa bangkit, dan berjalan keluar.. tapi sebelum itu wanita itu mencium kening Revano dengan lembut.
"Selamat malam sayang.."
"Malam juga bunda sayangg."
Klik.
Setelah mematikan lampu, Silpa berjalan keluar sambil menenteng sebuah buku digenggamannya. Dan ruangan yang tadinya terang seketika gelap, menyisakan cahaya redup dari meja Revano.
***
Setelah keluar dari kamar Revano, Silpa bersiap masuk kedalam kamarnya yang ada disebelah kamar Vano. Tapi sebelum itu atensinya tertuju ke tangga yang ada di depan kamar mereka.
Suara langkah kaki terdengar di pendengaran Silpa. Ia tersenyum manis saat melihat Agam menaiki tangga satu persatu, berjalan ke arahnya.
Agam yang baru pulang dari kantor menatap Silpa dengan lelah. Ia mengerucutkan bibirnya dan menjatuhkan kepalanya di pundak Silpa. "Sayang.. aku lelah," rengeknya manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa yang Tertukar [SELESAI]
Genç KurguJiwa yang Tertukar WARNING📌 TYPO BERTEBARAN! *__________________* Bercerita tentang dua sosok yang tidak saling mengenal sebelumnya, menjadi akrab karena mereka memiliki misi yang sama. Misi mereka adalah kembali ke raga masing-masing, setelah insi...