Happy Reading 🌻❤️
.
.16. Kenyataan pahit
Dengan perlahan Agam memasuki ruangan tempat papa-nya di rawat. Dokter sudah memeriksa ulang hasil test nya. Alan. Papa Agam divonis mengidap penyakit kanker hati stadium 4.
Sungguh mengapa ini terjadi begitu cepat?
Jika penyakit Alan sudah sampai stadium akhir, pasti pria itu sudah mengetahui sebelumnya kan. Tapi kenapa dia tidak memberitahu putranya? Atau sebenarnya Agam sudah tahu? Ada banyak pertanyaan yang datang di benak Silpa.
Silpa berhenti melamun kala kakinya sampai di bangsal Alan. "Pa?" seru Agam pelan.
Alan menoleh dan tersenyum hangat pada Agam. "Agam. Putra papa!"
"K-kenapa.. kenapa papa gak bilang sebelumnya sama Agam?" Ujar Agam dengan mata berkaca-kaca. Alan terharu melihat Agam yang masih peduli kepadanya.
"Papa gak mau Agam khawatir nak." Jawab Alan pelan. "Papa senang. Agam gak bersikap dingin lagi sama Papa." Lanjutnya menatap Agam lekat.
"Agam akan ikut papa berobat. Mulai hari ini Agam yang merawat papa. Papa harus bertahan, Papa pasti bisa sembuh!" Air mata yang sedari tadi ditahan terjatuh sudah.
Alan menggeleng. "Agam fokus aja sekolah. Biar ibu kamu yang menemani papa nanti.."
Agam menatap papanya dengan iba. "Ibu tiri Agam jahat pa. Kapan Papa akan percaya sama Agam?"
"Agam! Kita sudah membahas ini sebelumnya. Kenapa dibahas lagi?" Ucap Alan tak suka.
"P-papa?"
"Mas. Agam.." Zanna berjalan ke arah mereka dengan senyum sedih. "Agam kamu tenang aja. Nanti mama yang akan merawat papa kamu sampai sembuh." Lanjutnya.
Agam menatap Alan yang sedang menatap Zanna dengan senyum lebar.
Agam mengangguk.
Karena dirinya tidak mau membuat masalah, jadi Agam pamit undur diri. Bersamaan dengan Zanna yang duduk di samping bangsal Alan.
Sebenarnya Agam sudah pernah memberi Alan foto Zanna dengan lelaki lain. Tapi Alan tidak percaya, dia bilang itu pasti editan. Jadi Agam harus mencari bukti lain yang lebih spesifik agar Alan percaya padanya.
***
"Agam?" Agam menoleh kala mendengar namanya disebut."Agam ngapain kesini? Kamu sakit apa?" Tanya Syela dengan panik.
Agam menggeleng, dan duduk di bangku yang kosong, diikuti Syela dengan kening mengerut. Saat ini mereka sedang ada di taman rumah sakit!
"Papa gue!" Ujar Agam membuat Syela menoleh padanya. "Papa Agam kenapa?" Tanya Syela.
"Papa gue yang sakit. Bukan gue!" Jawabnya seraya memandang langit biru.
"Oh.. Semoga cepat sembuh buat om ya." Syela tersenyum tulus menatap Agam. Dan dibalas senyum oleh Agam.
Hening.
Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Setelah beberapa saat hening. Agam menoleh memandang Syela yang sedang menatap bunga di samping kursi yang diduduki gadis itu.
"Lo sendiri?"
"H-ha!? Iya apa?" Jawab Syela terkejut kala Agam memulai topik duluan.
"Lo sendiri ngapain kesini? Lo sakit?" ulang nya dan Syela hanya menggeleng seraya tersenyum menatap Agam lekat.
"Nenek aku lagi kritis Gam. Sekarang semua keluarga besar ku lagi di depan ruangan nenek nunggu di Operasi..." Curhatnya.
"Kenapa Lo gak ikut nemenin mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa yang Tertukar [SELESAI]
Genç KurguJiwa yang Tertukar WARNING📌 TYPO BERTEBARAN! *__________________* Bercerita tentang dua sosok yang tidak saling mengenal sebelumnya, menjadi akrab karena mereka memiliki misi yang sama. Misi mereka adalah kembali ke raga masing-masing, setelah insi...