Bagian 31|

3.8K 444 19
                                    

Happy Reading 🌻❤️

31.(not) a harmonious family!
.
.
.

4 hari sebelum bulan purnama.

Suasana di ruang makan pagi ini  hening. Hanya terdengar dentingan sendok yang bersahutan, tanda keluarga kecil itu makan dengan serius. Tanpa adanya obrolan seperti biasa.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah menyelesaikan sarapan. Sakya mengambil tisu yang ada di depannya dan mengelap bibirnya dengan pelan.

Laki-laki itu berdehem sejenak, tanda ingin berbicara sesuatu. "Papi akan selesaikan omongan papi semalam."

Atensi ketika orang itu teralihkan kepada Sakya. "Emang papi mau ngomong apa semalam? Ada masalah Pi?" Tanya Revan sembari tangannya menurunkan gelas yang sudah kosong.

Bisa Sakya lihat wajah penasaran Nevan, ekspresi Eva yang menatapnya terkejut dan terakhir ekspresi Silpa yang datar, tangan gadis itu dilipat di depan dadanya.

"Maafin papi, besok papi ada kerjaan bisnis di luar negeri. Jadi dua bulan ini kalian berdua dulu ya. Tenang aja, ada bi Siti dan pak Budi menemani kalian berdua." Jelas Sakya, matanya menatap anggota keluarganya satu persatu.

Wajah penasaran Nevan berubah menjadi sendu ketika Sakya selesai memberi info kepada mereka. "L-Lagi?. Mami juga ikut?"

Eva terlihat memejamkan matanya sejenak dan menatap kedua anaknya dengan sedih. "Iya sayang."

"Gak apa kok mi, pi."Nevan menjeda ucapannya, "Tapi kenapa lama sekali? Biasanya hanya dua minggu dan paling lama sebulan?" Lanjut Nevan pelan.

"Kali ini proyek nya sangat besar, sehingga memerlukan waktu yang banyak untuk menyelesaikannya." Jawab Sakya. Mau tak mau Nevan mengangguk pasrah.

Ting.

Silpa membanting sendok ke piringnya dengan keras, sehingga terdengar bunyi yang tidak merdu.

"Dek?" Tanya Nevan menatap Silpa dengan tatapan seolah menyuruh gadis itu tak membuat kekacauan.

Sakya dan Eva menatap Silpa terkejut. "Sayang ada apa?"

"Pergi aja yang lama. Nggak balik sekalipun gak papa," ucap gadis itu sebelum berlalu dari sana. Sakya menatap Silpa sedih, Eva mengelap air matanya yang menetes.

Segera Nevan mengejar Silpa. Tapi sebelum itu, pria dengan seragam khas SMA angkasa itu pamit kepada kedua orangtuanya.

"Mi, Pi, Nevan berangkat ya." Pamit Nevan sambil menyalami Eva dan Sakya. Eva tersenyum lembut mengelus rambut Nevan.

"Hati-hati Evan."

Setelah dirasa Nevan hilang dibalik pintu. Eva menatap Sakya tajam. "Sudah saya bilang dua bulan itu terlalu lama. Lihat kan Silpa marah dan Nevan kecewa!"

"Mau gimana lagi? Anak saya butuh saya, dia lagi koma di rumah sakit Eva. Kau juga tahu kan?"

Eva menggeleng menatap Sakya tak terima. "Tapi disini anak-anak juga butuh kita Mas! Kita sudah jarang memperhatikan mereka."

"Tapi mereka berdua baik-baik saja. Selama kebutuhan mereka tercukupi, mereka pasti bisa mengerti!" Kekeuh Sakya.

"Iya kamu benar. Tapi itu nggak cukup mas. Mereka juga butuh kasih sayang. Seperti anak kamu dengan selingkuhan kamu!"

"Anak saya sakit, dan dia lebih butuh perhatian." Putus Sakya. Laki-laki itu berjalan hendak ke atas, tapi tangannya di cekal oleh Eva.

"Mas pikirin lagi. Seenggaknya jangan dua bulan juga mas, itu kelamaan!" Lugas Eva. Tangannya tetap mencekal tangan Sakya.

Jiwa yang Tertukar [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang