Bagian 22|

4.4K 517 27
                                    

Happy Reading 🌻❤️

22. Awal perpisahan

Azkia berlari sambil menenteng sebuah Tote bag di tangan kirinya. Matanya melirik dua orang cewe yang setia menungguinya dari kelas, karena barangnya ketinggalan.

"Hhhh...hhhh...hhhh." Dengan nafas tersengal-sengal dia menghampiri kedua sahabatnya dan berdiri di tengah-tengah mereka.

"Udah?" Tanya Embun menatap gemas ke arah Azkia. Azkia hanya mengangguk. Berusaha mengatur nafas, karena dia berlari dari kelas ke koridor, tempat mereka sekarang.

"Makanya kalo mau pulang, periksa barang dulu. Biar gak ketinggalan kayak sekarang!" Ujar Silpa seraya berjalan ke arah gerbang. Diikuti kedua sahabatnya.

"Ya, maap! Kan tadi buru-buru hehe." Cengir Azkia tak merasa bersalah. Embun merangkul leher keduanya dengan erat. Membuat Azkia dan Silpa kehabisan nafas, tangan mereka berusaha melepas rangkulan maut Embun.

"L-Lepasss. Gue kehabisan nafas bun.." Ujar Azkia dengan muka merahnya. Dan dengan watadosnya Embun melepas rangkulan nya seraya berlari, menghindari amukan kedua sahabat nya.

"Embun KAMPRET!!!" Maki Azkia, seraya menarik tangan Silpa bergegas mengejar Embun. Mau tak mau Silpa mengikuti Azkia.

Mereka bertiga sampai di depan gerbang SMA Angkasa. "SINI LO! LO HARUS KITA BALAS!!!" Teriak Azkia. Tangannya sudah terlepas dari tangan Silpa. Membuat Silpa berhenti, sementara Azkia dan Embun saling kejar-kejaran mengelilingi tubuh Silpa.

"Ga Kena.. Wlee.." Ucap Embun sambil terus berlari memutari Silpa guna menghindar dari Azkia.

Hal itu tak luput dari pandangan beberapa murid SMA Angkasa yang belum pulang. Mereka sudah biasa melihat Ketiga sahabat itu bercanda yang tak kenal tempat.

"Udah-udah. Kepala gue pusing, liat kalian muter-muter gitu.." Ujar Silpa melerai.

Sontak perkataan Silpa membuat mereka berhenti. Dan saling pandang. "Ga mau. Wlee..." Ucap mereka dengan menjulurkan lidah nya kepada Silpa dan melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda, terus berlari seperti anak TK. Membuat Silpa memutar bola mata malas.

.

"Ehem... Hai guys!"

Suara seseorang yang asing membuat Azkia dan Embun berhenti. Mereka bertiga memandang asal suara. Dengan pandangan yang berbeda.

Agam terkekeh pelan, melihat kedua sahabatnya memandang dia dengan pandangan kagum. Dia memandang balik Embun dan Azkia bergantian. "Hai Embun.. Azkia." Sapanya ramah. "Gue kangen kalian." Tambahnya dalam hati.

"K-kalian siapa?" Tanya Azkia gugup. Bagaimana tidak, dua orang cowo tampan datang dan menyapa mereka seperti orang yang sudah kenal akrab. "Dan kenapa kalian tau nama kami." Tambah Embun menatap Agam dan Revan meminta penjelasan.

Revan maju dan mengulurkan tangannya kedepan. "Gue Revan." Ucapnya. Dan dibalas uluran tangan Azkia juga Embun. Pandangan mereka berdua beralih menatap Agam, seolah meminta Agam memperkenalkan diri juga.

Agam mengulurkan tangannya. "Gue Agam! Sahabat Revan." Azkia dan Embun menyambut tangan Agam. Dan tersenyum antusias. Entah kemana hilangnya raut waspada tadi.

"Jadi kalian kesini mau ngapain?" Ulang Azkia karena belum mendapat jawaban.

"Pacar gue sekolah disini. Jadi gue mau jemput!" Ujar Agam. Azkia, Embun hanya mengangguk mengerti. Sedangkan Silpa menyerngit bingung.

"Kalo boleh tau.. pacar Lo siapa? Siapa tau kita kenal." Ujar Embun, dan di-angguki Azkia.

"Eum..." Agam memandang lurus kedepan, dan melanjutkan ucapannya. "Nama pacar gue, Sylvaine Asha Zlota. Biasa dipanggil Silpa." Ujar Agam menyebutkan nama lengkapnya. Membuat mata ketiga cewe itu berkedip shock.

Jiwa yang Tertukar [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang