Bagian 38|

3.9K 408 46
                                    

Happy reading 🌻❤️

38. Jiwa yang kembali
.
.
.

Dimas membuka matanya kala dirasa beban istrinya yang ada di pelukannya semakin berat. "Bunda.., bangun sayang." Dimas menepuk-nepuk pipi Reva pelan.

Ternyata Reva pingsan di pelukan Dimas. Dimas dengan segera memindahkan istrinya ke brankar. Setelahnya Ia duduk disamping Reva sambil mengelus rambut Reva lembut.

"Bunda.. Maafin Ayah. Seharusnya semalam ayah ngelarang Revan pergi. Ini murni kesalahan Ayah.. Ayah menyesal.." Dimas memejamkan kedua matanya membiarkan air mata mengalir  dari kedua sudut matanya.

"Dimas!" Dimas sontak menoleh ke arah asal suara. Di depan pintu ruang IGD seorang wanita berdiri angkuh.

"Ada apa," jawab Dimas menatap adiknya dingin. Sedari dulu hubungan keduanya memang tidak akrab.

"Saya turut berduka." Wanita itu masih berdiri di bawah pintu, seolah enggan mendekat ke dalam ruangan.

Dimas mengalihkan atensinya kepada Reva yang masih belum sadarkan diri. Lalu menatap netra adiknya lagi. "Terima kasih. Dan seharusnya kamu tidak perlu repot-repot datang kesini."

"Maaf."

Wanita yang bernama Diandra itu perlahan masuk. Ia mendekat ke arah Dimas. "Kita memang tidak seakrab itu. Tapi Revan itu keponakan saya juga. Saya turut berdukacita dari hati saya yang paling dalam."

"Jasad Revan sudah sampai di rumah Ibu. Sebaiknya kamu ikut mengurus pemakaman Revan. Saya yang akan menjaga Reva disini!" Ujar Diandra lagi. Ia sudah tak se-angkuh tadi.

"Kita akan menunggu Reva sadar. Setelah Reva sadar kita semua akan memakamkan Revan di Jakarta, di samping makam Ayah!" Jawab Dimas lagi. Ia juga sudah tak sedingin tadi.

Diandra menghela nafas lelah. Ia tak akan ikut campur, ini adalah keputusan Dimas. Dan ia sangat tahu Dimas sangat keras kepala. Jadi percuma saja jika ia menentang, ia akan kalah.

***
S

etelah Reva siuman, Revan langsung di bawa ke Jakarta. Atas permintaan Dimas, Revan dimakamkan disamping makam kakeknya. Acara pemakaman Revan berjalan lancar. Semua kerabat dekat dan jauh turut serta dalam proses  pemakaman Revan. Teman-teman Revan yang ada di Bandung juga datang  segera setelah mereka mendengar kabar Revan.

Syela menatap sendu gundukan tanah yang ada didepannya. Saat ia menerima kabar bahwa Revan sudah pergi untuk selama-lamanya. Gadis itu tidak percaya sama sekali. Dan setelah ia melihat langsung mayat Revan barulah ia percaya.

"Revan.., aku masih nggak nyangka kamu pergi secepat ini," Syela mengelus batu nisan yang bertuliskan nama Revan.

"Van, aku.. Hiks.. " Syela menangis terisak, menatap makam Revan yang masih dipenuhi banyak bunga-bunga.

"--hikss. Aku baru sadar. Aku baru sadar Van, kalau aku juga suka sama kamu."

"Revan. Maafin Syela ya, selama ini aku gak tau perasaan Syela yang sebenarnya. Aku jahat banget-- hikss..."

Gadis itu menangis tersedu-sedu sembari memeluk batu nisan Revan. Di pemakaman Revan hanya tersisa Syela dan ketiga sahabat Revan.

"Kenapa kita baru menyadari perasaan kita saat orang itu sudah pergi dari sisi kita. Itu sangat menyakitkan!"

Syela masih terus menangis mengabaikan ketiga orang yang membujuknya agar berhenti menangis.

"Syela.., udah ya, jangan nangis lagi.. Revan juga pasti nggak mau kita sedih," Hibur Gibran. Pria itu duduk di sebelah Syela sambil mengelus pundak Syela.

Jiwa yang Tertukar [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang