Pria perjaka itu- ah, tidak. Jaemin bukan pria perjaka lagi karena keperjakaannya sudah diterobos oleh Jeno tadi malam. Memikirkan hal itu, sekujur tubuh Jaemin panas dan kepalanya berdenyut sakit.
Bayangkan kau tersesat di sebuah kota besar karena kehilangan sebuah koper dan diperkosa oleh pria asing di negeri orang.
Dia bahkan tak tahu siapa itu Jeno! Mereka baru saja bertemu dan tahu-tahu saat bangun tidur banyak aroma bekas bercinta di kasur mereka. Jaemin kenal asal-usulnya Jeno saja tidak!
Jaemin yang sedang menenggelamkan sebagian wajahnya di bathup, kemudian mendengus berat. Sambil merintih sakit, ia mencoba bangun dari bathup dan berjalan terseok dengan satu tangan memegangi tembok. Ia lalu melingkarkan tubuhnya dengan sehelai handuk yang terselampir, mengambil pakaian bekas kemarin yang Jeno berikan padanya beberapa saat lalu.
Yang benar saja.
Jaemin menatap tak percaya pada noda-noda bekas cairan di celana dalamnya, lalu merutuk kesal.
Sambil mengumpati Jeno dalam batinnya, Jaemin membuka pintu kamar mandi dengan kasar.
"Yak! Lee Jeno!"
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Lima detik.
Ruangan itu senyap. Hanya ada suara uap dari mesin teh.
Jaemin mendelik panik. Sambil memegangi handuk yang melekat di tubuhnya, ia melangkah ke tengah-tengah ruangan, menengok kesana-kemari menelusuri pandang ke segala penjuru arah.
Hening. Tak ada seorang pun di sana.
Apa raksasa itu benar-benar sudah kabur?!
Wajah Jaemin memelas, hampir menangis lagi.
Hingga pintu kamar tiba-tiba terbuka, memperlihatkan sosok Jeno berdiri di ambang pintu dengan menenteng beberapa kantong plastik berisi makanan cepat saji.
Jeno nyaris tersentak ke belakang karena setelah membuka pintu ia kaget melihat Jaemin berdiri beberapa meter di depannya hanya dengan mengenakan lilitan handuk dari dada hingga paha.
"Mana pakaianmu?!" protes Jeno.
Karena Jeno tiba-tiba muncul, Jaemin merasa lega -sedikit. Setidaknya Jeno tidak melarikan diri. Baguslah jika Jeno hanya kabur untuk membeli makanan lalu kembali lagi.
"Belikan aku pakaian."
"Huh?"
"Pakaian dalam juga!"
Jeno yang masih berdiri membatu di pintu, masih membuka mulutnya tanpa bisa berkata-kata. Mencoba membuang rasa malu, Jaemin menghampiri Jeno dengan langkah lamban -karena kakinya masih sakit, kemudian merebut kantong plastik makanan dari tangan pria itu.
"Jangan lama-lama!" dan Jaemin seketika menutup pintu dengan gebrakan keras.
Jeno yang diusir dari kamarnya sendiri, hanya mengecap-ngecapkan mulutnya pasrah seraya menatap pintu yang tertutup. Jengkel? Sudah pasti. Langkahnya terurai lesu meninggalkan hotel, lalu kembali berjalan-jalan menelusuri pusat perbelanjaan terdekat demi menuruti perintah Jaemin, pria manis yang semalam digaulinya. Sejujurnya terbesit rasa bersalah pada diri Jeno saat membayangkan betapa curamnya masa depan Jaemin karena ulahnya. Maka dari itu, ia mencoba melakukan kebaikan-kebaikan kecil dulu pada Jaemin, seperti membelikannya makanan enak, atau menurutinya membelikan pakaian baru seperti sekarang. Tapi di sisi lain, Jeno sangat ingin melarikan diri saja, kabur menyebrangi lautan lalu pulang mencium kaki ayahnya dan tidak pernah bertemu lagi dengan Jaemin untuk selama-lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Disaster (Nomin Remake)
FanfictionRemake story by @ohpurin on Wattpad Bagi Jeno, menikahi Jaemin adalah bencana. Namun hadirnya seorang anak membuat pernikahan mereka menjadi sebuah bencana termanis! NOMIN BXB ✔️ For mature content