Geram menggelayuti wajah pria manis itu ketika Jeno baru saja memasuki kamar seolah tak terjadi apapun. Entah sudah berapa kali Jaemin mendengus, mencoba menekan kesabarannya ke titik terendah ketika Jeno dengan santainya mendekat dan memeluknya posesif.
Jeno mengecupnya singkat. "Selamat malam, istriku."
Jaemin memicing curiga, menatap suaminya dari bawah hingga atas. "Darimana saja?!"
Jeno mengernyit ketika pertanyaan Jaemin terdengar seperti sentakan marah. "Kenapa? Aku dari kantor."
"Huh?" Jaemin nampak semakin menunjukkan kekesalannya, membuat Jeno tiba-tiba kaku akibat wajah dingin pria manis itu.
Bagaimana Jaemin tidak kesal? Jeno jelas-jelas berbohong bahwa ia baru saja pulang bekerja, sementara beberapa jam lalu ia tak mendapati pria itu di kantor. Yang lebih membuat geram, rekan kerja Jeno sendiri yang mengatakan dengan yakin bahwa suaminya tak datang ke kantor sejak pagi, sama sekali.
"J-jaemin-"
"Kau akan mati jika masih bertanya kenapa aku marah."
Jeno mencoba tertawa, semakin mendekap Jaemin mesra, mengusap lembut surainya walau itu tak akan berhasil sama sekali. "Ah... kau mengetahuinya ya."
"Kalau begitu jawab, darimana saja kau sejak pagi?"
"Bagaimana kau tahu aku tidak di kantor?"
"Lee Jeno, aku sedang bertanya."
"Itu... rahasia."
"Lee Jeno!"
"Aku berjanji akan memberitahukannya nanti."
"Jeno, kau tahu aku sangat marah sekarang..."
"Jaemin... itu bukan hal yang harus kau khawatirkan."
"Aku tidak mau tidur denganmu malam ini!"
"Aku janji suatu saat akan mengatakannya."
"Aku tak mau bicara denganmu selama seminggu!"
"Jaemin, aku janji-"
"Sebulan! Jangan pernah menyentuhku!"
Jeno membungkam, panik.
Peringatan itu tak terdengar seperti ancaman yang main-main.
Jeno merasakan batin dan pikirannya terusik saat ini.
Tak menyentuh Jaemin selama sebulan? Bahkan sehari tak memeluk pria manis itu saja ia bisa kacau dan bertingkah seperti seorang narapidana yang butuh obat pereda stres.
"Jeno! Dengar aku tidak?!"
Jeno menghela berat, mengusap lembut kedua pipi pria manis itu. "Daripada memberitahukannya, aku akan membawamu ke sana, bagaimana?"
Jaemin menautkan alis dengan tatapan bingung, namun akhirnya mengangguk pelan.
.
.
.
Jaemin melangkah keluar dari mobil mengikuti Jeno, menelisikkan pandangan pada tiap sudut rumah yang kini mereka tengah masuki. Rumah bernuansa putih dengan interior yang nampak masih baru dan memiliki penataan sempurna, begitu bersih seolah tak pernah disentuh.
"Kau ingin kubuatkan teh?"
Spontan Jaemin memalingkan perhatiannya pada Jeno yang berkutat di dapur. Kembali ia mengarahkan penglihatan ke sekeliling, "Rumah siapa ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Disaster (Nomin Remake)
FanfictionRemake story by @ohpurin on Wattpad Bagi Jeno, menikahi Jaemin adalah bencana. Namun hadirnya seorang anak membuat pernikahan mereka menjadi sebuah bencana termanis! NOMIN BXB ✔️ For mature content