16. Rainy Night

22.2K 2.6K 453
                                    

Jaemin menggeliat dalam tidurnya. Matanya kantuknya dengan berat mengerjap perlahan begitu mendengarkan suara gorden yang terbuka, sehingga silau pagi sontak menembus pandangannya. Ia seketika memutar tubuhnya, mendapati Jeno sedang sibuk mengancingkan pakaian putra mereka.

"Pagi, Mommy!"

Jaemin membalas senyuman cerah anaknya dengan tawa kecil, mengumpulkan tenaganya untuk beralih duduk di sisi tempat tidur. Ia kemudian meregangkan bahu dan lehernya, masih dengan rasa kantuk yang mengitar.

Dan tiba-tiba, bunyi aneh dari dalam perutnya terdengar begitu nyaring, membuat Jaemin seketika memegang perutnya dengan melirik canggung ke arah Jeno yang menatapnya heran.

Seperti biasa, Jaemin kerap mengalami gejala lapar sebangunnya ia dari tidur ketika pagi. Ia bersyukur telah sembuh dari sakitnya sehingga tak harus menelan makanan hambar lagi mulai minggu ini.

"Kau lapar? Aku belum sempat memasak."

Mendengar Jeno berucap demikian, Jaemin lantas memalingkan pelan wajahnya dengan sedikit gusar. Ia tidak suka Jeno mengatakan itu, terlebih dengan raut bersalah yang sama sekali tak berdasar. Sebab, Jaemin yang sejatinya bertanggung jawab di bidang itu, bukan Jeno. Jaemin lah yang sepatutnya merasa menyesal. Seharusnya, ia yang meminta maaf untuk ini.

"Aku... akan membuatkan sarapan."

Perkataan yang keluar dengan nada pelan itu, otomatis mengalihkan atensi Jeno yang diam-diam merasa terkejut dalam batinnya. Arah pandangannya mengikuti Jaemin yang mengambil langkah gontai keluar tanpa merapikan dulu rambut kusutnya, masih penuh kantuk yang luar biasa.

"Daddy... lapar..."

Jeno kembali beralih memandang Jisung. Pria kecil itu rupanya sedang mengalami hal serupa dengan ibunya. Lantas Jeno memberi senyum kecil, mengangkat sang anak ke dalam gendongannya kemudian pergi setengah berlari keluar kamar. "Kita memasak!"

Tentu saja. Jeno harus mengawasi Jaemin agar alat dapur mereka tak hangus seperti yang pernah terjadi kapan hari silam.

"Jeno? Ka-kau duduklah di sana. Aku akan mengurus ini."

Jeno tertawa kecil, memandangi semua bahan yang Jaemin kumpulkan di atas meja. Bahan makanan yang tidak padu. Sama sekali bukan kombinasi yang akan menghasilkan makanan wajar.

Usai mendudukkan Jisung di kursi, Jeno datang menghampiri, melirik kembali pada bahan-bahan makanan itu lalu menggeleng pelan. "Permulaan yang buruk."

"Y-yak. Apa maksudmu?" Jaemin menyentak kecil dengan penuh keraguan, ikut memandangi apa saja yang telah ia siapkan. Pikirannya berputar keras, sekiranya apa yang salah sehingga Jeno berlagak demikian? Tidak ada yang aneh, ia rasa.

Jeno mengerti, sama sekali paham dengan maksud dari ekspresi Jaemin saat ini. Pun ia meraih salah satu sayuran di atas meja. "Kau tahu ini apa?"

"Apa?! Jelas itu tomat."

Jeno mengambil yang lain. "Ini?"

"I-itu... Hm... brokoli?"

"Yang ini?"

Jaemin tersendat, memandang Jeno dengan kerjapan canggung. Terlihat sekali dari tutur bibirnya yang membuka dengan ragu. "Se-- seledri..."

Jeno sontak memukulkan ikatan sayur di tangannya ke kening pria manis itu, lalu mengacungkannya. "Ini parshley."

"Pa-- pashel... apa?"

Jeno menyunggingkan tawanya melihat Jaemin tanpa sadar memperlihatkan raut bingung yang bodoh. Pria itu meletakkan kembali apa yang ada di tangannya, memperhatikan seksama pada semua bahan material di atas meja lalu menatap Jaemin lagi. "Jadi, mau kau apakan tepung roti dan semua sayuran ini?"

The Sweetest Disaster (Nomin Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang