Sepasang kaki jenjang melangkah keluar dari pintu bandara, sembari empunya menyeret satu buah koper putih serta sibuk menempelkan ponsel ke telinganya, menunggu jawaban panggilan dari seberang.
"Jadi dia benar-benar tidak datang?!"
Renjun berdecak lidah, seraya menurunkan ponselnya sebal dengan raut berubah semakin datar. Ia kembali berjalan lurus, masuk begitu saja ke dalam taksi yang kebetulan sedang terparkir di lobby, menyerukan alamatnya pada sang pengemudi hingga kemudian gas mobil ditancapkan dengan laju sesuai permintaan pria itu.
'Nanti saja. Aku sedang sibuk.'
Renjun berdecih tawa kecil usai melihat pesan terakhir Jeno pada chatroom media sosialnya. Batinnya tak henti berucap kekesalan pada kekasihnya itu, mengingat beberapa bulan terakhir mereka tak lagi melakukan percakapan berarti semenjak ia menandatangani kontrak dengan perusahaan tekstil di Jepang. Semenjak Renjun terpaksa merantau ke negeri sakura, tak ada balasan dari Jeno selain 'Hubungi aku nanti', 'Aku sibuk', 'Jangan telpon sekarang', juga segala macamnya setiap kali ia menghubungi pria itu lewat jejaring manapun.
Jangan bilang, hati Jeno sudah terikat dengan Jaemin?
Oh, tidak mungkin. Renjun tak akan memercayai sugesti yang sempat mampir berkecamuk di pikirannya itu. Ia percaya Jeno akan kembali padanya dalam waktu cepat. Benang yang mengikat Jeno dan Jaemin akan kandas usai pernikahan mereka berusia lima tahun.
Perhatian Renjun mengarah kembali pada layar ponsel, melenguh kecewa karena seseorang yang saat ini menelponnya bukanlah Jeno. Berat hati, ia menjawab panggilan itu ragu, mengeluarkan kecemasan cukup besar dalam pikirannya.
"Pastikan kau akan membicarakan pernikahanmu dengan Guanlin setibanya kau di apartement nanti. Kalian harus mengonfirmasi pada kami secepatnya, Renjun. Aku tak akan menerima perlawanan lagi."
Dengusan berat keluar. Suara dingin penuh penekanan dari sang ibu di ujung panggilan, membuat Renjun tak mampu melontarkan protes, mengiyakan titahnya secara mau tak mau, lalu menutup panggilan.
Pemutusan kontrak kerja kurang dari setahun dan pulangnya ia dari Jepang bukanlah keputusan gamblang yang bisa diambilnya sesuka hati. Tamparan keras sang ibu saat mendatanginya di Jepang adalah alasan mengapa ia terpaksa harus kembali ke apartement Guanlin di Korea. Orang tuanya yang tak sabaran mewujudkan ikatan perjodohan dengan keluarga Lai, mulai mencurigai Renjun dan akhirnya sang ibu mengetahui bahwa putra semata wayangnya itu diam-diam melarikan diri dari tunangannya.
Tetapi Renjun menyadari betapa ia keras kepala. Tak peduli seegois apa dirinya, Renjun harus menarik lengan Jeno kembali. Ia akan berpura-pura menuruti ucapan ibunya dan tetap tinggal bersama Guanlin, namun akan tetap menjadikan Jeno miliknya secara utuh dan memutuskan tali pertunangan dengan Guanlin.
Sebab ia mengerti, bahwa sebenarnya Guanlin tak mencintainya lagi.
.
.
.
Jeno melepaskan sepatunya begitu memasuki rumah, melangkah menuju ruang tengah sambil menggendong Jisung yang terlelap pulas menyenderkan wajah di bahunya, kemudian meletakkan jas hitam formalnya di kepala sofa ruang tengah.
"Daddy..."
Sang putra menggeliat kecil, namun masih dengan mata terpejam, mencari posisi nyaman dalam gendongan ayahnya. Jeno menepuk-nepuk pelan punggung putranya yang pasti sudah sangat mengantuk, sembari kakinya menapak anak tangga.
![](https://img.wattpad.com/cover/258763691-288-k283160.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Disaster (Nomin Remake)
FanficRemake story by @ohpurin on Wattpad Bagi Jeno, menikahi Jaemin adalah bencana. Namun hadirnya seorang anak membuat pernikahan mereka menjadi sebuah bencana termanis! NOMIN BXB ✔️ For mature content