Pria tampan dengan trench coat cokelat itu memasukkan beberapa logam uang ke dalam mesin minuman dingin, mengambil kopi dari dalam sana kemudian beranjak menghampiri kerumunan pria yang bersenda gurau di salah satu meja.
"Jeno? Kau tak mau bersulang?"
Jeno menduduki kursi paling ujung, menggeleng tanpa memberikan ekspresi apapun lalu menenggak kopi kalengnya. Teman kantornya memberikan tatapan heran, merangkul bahu Jeno seraya memerhatikan pria itu penuh penasaran.
"Kau tak terlihat baik di hari ulang tahunmu. Apa terjadi sesuatu?"
Jeno menoleh pada Hongbin sekilas, namun kemudian mengalihkan pandangannya seraya melepas rangkulan temannya itu. "Langsung ke intinya saja. Rapat dadakan apa yang kalian maksud? Aku tak punya banyak waktu."
"Oh, ayolah, Jeno. Itu hanya pengalihan untuk merayakan ulang tahunmu. Tak perlu membicarakan pekerjaan terus-menerus! Yak, Lee Sangjoo, tuangkan soju untuk Lee Jeno!" Salah satu pria lain menimpali, lalu menyeret gelas soju ke hadapan Jeno yang mendengus resah. "Kau masam sekali. Kau mendapat banyak masalah hari ini? Oh! Kau tadi pagi diseret atasanmu ke wilayah kontruksi di Seongnam, bukan? Bagaimana hasilnya?"
Jeno berdecak. "Itu yang makin membuatku sakit kepala!"
Taekwoon tersentak kaget. "Apa? Apa? Sepertinya kau mengalami masalah di sana. Jangan bilang, kau kembali terlibat pertengkaran dengan client seperti waktu itu?! Perusahaan akan kembali rugi besar jika mereka melakukan pembatalan kontrak. Ah, semoga tidak lagi."
Jeno meletakkan kaleng kopinya yang telah terteguk habis, mulai mengedarkan pandangan serius pada semua rekannya. "Ya, tidak lagi. Aku yang membatalkan kontraknya hari ini, bukan mereka."
"APA?! JENO, KAU--" Hongbin yang berseru kaget, menjeda sentakan saat teringat bahwa tak hanya mereka yang berada restoran ini. Ia mengedarkan pandangan dengan cepat, lalu mendelik serius ke arah Jeno dengan menurunkan nada bicaranya. "Lee Jeno, kau bergurau?! Kau tahu sendiri bagaimana dampaknya jika presdir mengetahui tentang ini! Kau sedang mempersiapkan peti mati di hari ulang tahunmu, huh?!"
"Mungkin posisiku akan dipindahtempatkan pada struktur terendah. Atau paling tidak, dia memecatku, sesuai yang aku harapkan. Aku menanti itu. Aku akan menerima berkas pemecatan dengan senang hati."
Jawaban itu membuat para pria dewasa yang mengerumuni meja reservasi saling menatap pandang, menimbulkan kebisingan akibat pemaparan Jeno yang terlampau menuai kontra. Seorang pun tentu tak ada yang sependapat dengan ungkapan itu, mengingat keputusan yang Jeno ambil tak hanya akan berdampak pada satu sisi. Karyawan lain mungkin bisa saja terpaksa bekerja melewati jam yang seharusnya untuk menyelesaikan masalah kerugian perusahaan yang ditimbulkan.
"Kau gila! Aku tahu client itu sulit diajak berdiskusi. Tapi, pemutusan kontrak?! Bukankah proyek itu akan menuju finalisasi?!"
Jeno menatap Taekwoon sekilas, lalu menguraikan dengusan berat. "Aku yang memegang kendali pekerjaan itu dan mereka mentah-mentah menolak semua yang telah kurancang matang-matang. Aku tak butuh berbisnis dengan orang-orang itu, dan aku tak dibutuhkan lagi di perusahaan. Aku sudah mempersiapkan semuanya hari ini. Aku akan menyerahkan laporan pada Guanlin dan berbicara langsung dengannya setelah ini. Untuk itu, aku tak punya banyak waktu."
Perkataan itu membuat Hongbin membungkam sejenak, dengan atensi yang masih melekat pada Jeno di sebelahnya. Lamat-lamat ia membaca arti dari raut wajah Jeno yang jauh lebih dingin dari biasanya.
Tidak, Hongbin selalu paham bahwa Jeno tidak akan mengambil keputusan segamblang itu dalam urusan pekerjaan. Ia tahu benar, Jeno selalu mampu mengendalikan emosi menghadapi para petinggi arogan, walau dalam keadaan semarah apapun. Tak sampai di situ, bahkan meski pekerjaannya diremehkan pun pria itu akan bersikap tenang mencari jalan keluar dari semua permasalahan kerja. Hongbin yakin, Jeno pasti sedang menghadapi beban-beban lain yang jauh lebih besar dari urusan perusahaan belakangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Disaster (Nomin Remake)
FanfictionRemake story by @ohpurin on Wattpad Bagi Jeno, menikahi Jaemin adalah bencana. Namun hadirnya seorang anak membuat pernikahan mereka menjadi sebuah bencana termanis! NOMIN BXB ✔️ For mature content