Jeno menyesali kelalaian bahwa ia tak dapat pulang sesuai waktu yang ia janjikan hari ini.
Beberapa saat lagi jarum jam mendekati larut malam. Orang-orang yang menemani Jaemin di rumah mungkin sudah pulang sejak beberapa jam lalu. Terlihat dari lantai teras yang bersih dari sepatu para tamu, juga lampu ruang tengah yang nampak padam.
Di ambang pintu kamar, sejenak Jeno termenung. Perasaan tak karuan yang mengusik benaknya seharian ini seketika berangsur tenang. Senyuman kecil sontak terulas saat matanya tak bosan menjatuhkan pandangan pada wajah-wajah damai yang lelap di depan sana.
Dua bocah kecil yang menciptakan kebisingan sepanjang waktu itu kini tertidur dengan dengkuran pulas. Membuat Jeno tak hentinya merasa beruntung, serta tak pernah menyangka akan menikmati pemandangan manis itu saat ini.
Dan juga.
Jangan lupakan keberadaan pria manis itu. Istrinya.
Orang lain mungkin tak akan dapat menerka bagaimana cerita mereka berdua bisa bertemu, bahkan menikah, lalu memiliki dua anak yang menggemaskan.
Yang jelas...
"Aku bahagia menikah denganmu."
Jaemin membuka mata, melihat Jeno berbaring di hadapannya, menyapa dengan senyum hangat di sela bisikan itu.
"Aku juga..."
"Kenapa masih belum tidur?" Jeno mengusap surai istrinya dengan halus.
Jaemin menggeleng. "Aku sedikit pusing."
Jeno mengulurkan tangannya, memeriksa kening dan leher pria manis itu, kemudian menatap cemas. "Badanmu hangat. Kau kelelahan?"
Jaemin mengangguk dengan gumaman pelan, lalu mendekatkan tubuhnya untuk memeluk pria itu. "Katamu kau pulang lebih cepat."
"Maafkan aku."
Dalam pelukan Jeno, Jaemin mengangguk kembali. "Aku mengerti."
"Sebagai gantinya, bagaimana jika besok aku menemanimu di rumah?"
Jaemin mengangkat wajahnya, sejenak termenung menatap Jeno yang tak bosan mengusapkan jemari di keningnya disertai senyum hangat. Terdiam beberapa saat, setelahnya Jaemin mengangguk senang.
Ibu jari Jeno turun mengusap pipinya. Dan seperti yang pria manis itu tahu, jarak antara mata mereka semakin dekat. Jeno menyapu bibirnya dengan lembut sembari merengkuhnya erat. Jaemin meremas kerah kemeja pria itu, lalu di detik berikutnya melenguh ringan ketika kecupan Jeno berpindah menyambar tengkuknya.
Deru tak biasa mulai menyerang di balik rusuk pria manis itu. Walau hampir setiap hari Jeno selalu memanjakannya dengan perlakuan halus, rasanya Jaemin masih belum bisa mengendalikan jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat tiap kali berada di dekat pria itu. Seluruh tubuhnya akan menegang setiap Jeno memberi sentuhan yang candu walau hanya membelai dengan ujung jemarinya.
"Jeno--" Napas Jaemin terjeda, seraya kedua tangannya menahan dada Jeno ketika sadar bahwa pria itu telah menanggalkan hampir seluruh kancing pakaian tidurnya.
Mata cantik Jaemin yang menatapnya pasrah adalah hal yang membuat Jeno menggila beberapa waktu ini. Kalau saja Jaemin tak memanggil, mungkin Jeno saat ini sudah meloloskan semua kain yang menutup tubuh prianya itu.
Jaemin tak perlu bertanya mengapa, sebab mengerti bahwa Jeno memang seperti itu jika sedang penat. Ia tahu waktu milik mereka berdua banyak tersita karena pekerjaan, sehingga mungkin Jeno tak dapat menahan rindunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Disaster (Nomin Remake)
أدب الهواةRemake story by @ohpurin on Wattpad Bagi Jeno, menikahi Jaemin adalah bencana. Namun hadirnya seorang anak membuat pernikahan mereka menjadi sebuah bencana termanis! NOMIN BXB ✔️ For mature content