26. You

25.7K 2.3K 226
                                    

Jarum jam dinding masih menunjukkan waktu pagi buta. Tak ada suara selain para petugas shift yang berlalu-lalang dan menimbulkan kebisingan dengan trolley yang mereka dorong dengan terburu-buru. Dan juga, jeritan anak kecil yang tak kunjung usai sejak satu jam yang lalu.

Semua orang di sana sibuk menenangkan si pria kecil yang sejak tadi menyebut-nyebut ibu dan ayahnya dalam tangisan yang memekik keras. Terkecuali Haechan yang berdiri gelisah, menunggu kabar baik datang dari dalam pintu ruangan yang mereka tunggu.

Jeno yang pertama kalinya muncul ketika pintu berderit terbuka. Semua orang yang duduk gusar di sana otomatis mengalihkan perhatian pada pria itu dengan manik kekhawatiran.

"Jeno, bagaimana--"

"HUWAAAA! DAADDY!!!"

Jeno terlonjak ketika tangisan Jisung meledak sembari pria kecil itu mengulurkan kedua tangan meminta sang ayah untuk membawanya. Dan dalam pelukan Jeno, Jisung tersedu dengan suara isakan yang mengecil, seketika saja membuat pria itu tertawa pelan.

"Jisung sudah besar. Jangan lebih cengeng dari adikmu, hm?"

Nyonya Lee dengan wajah tak sabaran lantas berdiri menghampiri Jeno. "Bagaimana Jaemin dan bayinya? Semuanya lancar?"

Jeno tersenyum. "Kalian bisa menemui mereka besok pagi. Jaemin butuh istirahat."

Hembusan lega keluar mendengar perkataan pria itu, yang dari raut wajahnya pun terlihat jelas bahwa tak ada satupun masalah yang harus dicemaskan. Walaupun sejujurnya mereka diam-diam masih memiliki kekhawatiran tersendiri terhadap Jaemin yang sudah dilarikan ke rumah sakit sejak semalam, tepat setelah Jeno menemukan pria manis itu tak sadarkan diri di kamarnya dengan napas tersengal. Tentu bukan kesalahan jika mereka semua memiliki ketakutan bahwa Jaemim akan berada dalam situasi yang sama seperti dulu.

Tetapi saat ini, masing-masing dari mereka telah mendengus tenang ketika perawat yang baru saja keluar dari ruangan, membantu menjelaskan tentang kondisi Jaemin yang baik-baik saja. Dan juga, anak laki-lakinya yang lahir dengan sangat sehat.

"Jisung, Daddy akan mengantarmu ke rumah nenek jika kau mengantuk."

Jisung masih saja menempel di dada ayahnya sejak Nyonya Lee dan yang lainnya telah pulang sejak beberapa saat lalu. Pria kecil itu menggeleng keras dengan isakannya yang berangsur berkurang, masih mencebik bibirnya dan enggan bicara.

"Bagaimana jika kita pergi membeli makanan?"

Jisung menggeleng kembali. Kali ini disertai gumaman penolakan yang kesal.

"Jisung ingin bertemu Mommy?"

Lalu pria kecil itu tak memberi respon, entah itu gelengan ataupun gestur sebal lainnya, hanya diam di pelukan ayahnya.

Setidaknya tingkah itu membuat Jeno akhirnya mengerti apa yang putranya itu inginkan. Jisung tak menginginkan apapun, hanya ibunya.

Para perawat masih sibuk pada tugas mereka begitu Jeno kembali ke dalam ruangan dengan Jisung yang menggantung di badannya bak anak koala. Jisung secara otomatis menegakkan bahunya melihat Jaemin yang lelap di atas tempat tidur dengan wajah pucat.

Dan pria kecil itu nyaris saja menangis kencang kalau saja Jeno tak bergegas mengisyaratkan padanya untuk tidak membuat kebisingan.

"Mommy sedang tidur." bisik Jeno.

Dengan lengkungan bibir yang sedikit lagi akan meledakkan suara tangis, Jisung memandangi ayahnya sambil menunjuk ibunya, lalu merengek dengan nada lirih. "Mommy..."

The Sweetest Disaster (Nomin Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang