Jeno bukan lagi kaget. Kemarahannya memuncak sampai-sampai Jaemin ikut menjadi sasarannya. Jaemin belum sempat menghabiskan kentang gorengnya, dan Jeno belum sempat menyentuh makanan di atas meja. Tapi Jeno seketika meletakkan uang ke meja itu dan berdiri menarik kasar lengan Jaemin untuk berjalan cepat pergi meninggalkan kedai itu.
Jaemin melotot, dengan sigap tangannya meraih mengambil kentang goreng di meja sebelum akhirnya Jeno menariknya pergi.
Jaemin berjalan tertatih-tatih karena tak mampu mengimbangi kaki-kaki Jeno yang melangkah terlalu cepat. Dengan kentang goreng yang memenuhi mulutnya, ia mengumpat. "Sialan! Jangan cepat-cepat! Kau mau bawa aku kemana?!"
Jeno mengacuhkannya. Ia tak menampakkan ekspresi apapun, tapi sorot pandangannya terlihat marah. Jaemin tak peduli itu, hanya mendengus jengkel sekaligus pasrah kemana Jeno akan membawanya.
Tak lama Jeno berhenti tiba-tiba, membuat Jaemin belum sempat mengerem langkah sehingga mukanya menabrak punggung Jeno.
"Aduh! Sakit tahu!"
Jeno mengabaikan ocehan Jaemin lagi. Pria itu menengok kesana-kemari, lalu pandangannya terarah pada lokasi penyewaan perahu. Seketika ia menarik lengan Jaemin lagi dan membawanya ke sana.
Jaemin hanya menganga dengan tatapan kesalnya pada Jeno yang sekarang ini membayar sejumlah uang pada pria tua untuk menyewa sebuah perahu.
"Ayo." Jeno berujar dingin, menarik Jaemin lagi untuk menghampiri salah satu perahu.
Jaemin mengeluh. "Kalau kau mau naik, naik sendiri! Jangan ajak aku!"
"Kenapa? Kau tidak senang naik perahu bersama pria tampan seperti aku?"
Jaemin menatap Jeno datar. Dalam hati mengumpati Jeno yang terlewat percaya diri.
Dengan terpaksa, Jaemin ikut duduk di perahu itu karena Jeno memaksanya. Pria manis itu terlihat semakin merengut. Bukan hanya karena Jeno mengajaknya naik perahu, tapi juga karena dia masih lapar.
Jaemin memalingkan wajah datarnya dengan tangan terlipat di depan dada, tak memperdulikan Jeno yang mendayung perahu seorang diri.
Oke. Jaemin akui, ia sangat ingin menaiki perahu ini dengan seorang pria. Tapi bukan Jeno orangnya! Dia tak kenal siapa pria yang sedang bersamanya saat ini. Tampan memang, tapi amat menjengkelkan sampai-sampai koper Jaemin dibuatnya hilang.
Terlebih lagi, tujuan Jaemin diajak naik perahu ini sangat tidak jelas. Jeno sedang naik pitam karena kekasihnya selingkuh, tapi itu sama sekali tak ada hubungannya dengan Jaemin. Jaemim sangat tak suka jika dia terikut pada permasalahan orang lain, apalagi permasalahan internal dari orang-orang asing yang baru hari ini ia kenal.
"Apa kau membawaku untuk menyuruhku jadi pacar bohonganmu di depan Renjun?! Memuakkan." Jaemin berceloteh.
Jeno menoleh sebentar. "Tidak. Aku membawamu agar jika nanti aku terlanjur emosi pada kekasihku, kau lah orang pertama yang kudorong dari perahu ini."
Jaemim mendelik tak terima. "Kau menjadikanku pelampiasan, begitu?!"
"Jangan berisik! Aku sedang marah!"
"Aku juga marah!"
"Aku lebih marah!"
"Aku tak peduli! Cepat turunkan aku! Selagi tepi danau masih dekat!" Jaemin memukuli punggung Jeno dan mengguncang bahu besar pria itu dengan kencang, membuat perahu ikut bergoyang dan sedikit berderit.
"Kau! Diamlah! Nanti kita— Akh!" Jeno menjerit keras saat kuku-kuku tajam Jaemin mencubit pinggangnya. Akibatnya, salah satu dayung yang Jeno pegang terlepas dan terjatuh di permukaan air. "Lihat! Ini karenamu!" rutuknya, lalu meraih dayung itu dengan tangan panjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Disaster (Nomin Remake)
FanfictionRemake story by @ohpurin on Wattpad Bagi Jeno, menikahi Jaemin adalah bencana. Namun hadirnya seorang anak membuat pernikahan mereka menjadi sebuah bencana termanis! NOMIN BXB ✔️ For mature content