Umumnya, seorang anak lelaki seusianya akan memilih sepaket permainan mobil-mobilan atau boneka besar bila ditawarkan satu permintaan menggiurkan dimana ia boleh memilih apa saja yang diinginkan. Tetapi Jisung mungkin tak selamanya menjadi salah satu dari semua anak lelaki cerewet di dunia ini yang sejatinya hanya terbesit kata 'mainan!' ketika sudah diiming-imingi hadiah, walaupun dia mungkin adalah yang paling cerewet diantara yang lain.
Jeno mengusulkan untuk membeli miniatur rumah-rumahan berukuran besar yang dulu sempat Jisung impikan bahkan sampai menangis selama dua hari karena tidak dipenuhi. Akan tetapi, kali ini Jisung memberi penolakan. Dia tak lagi menginginkan itu, atau segala macam sejenisnya.
"Kalung kucing!"
Sekali lagi, Jeno mengernyit heran.
"Iya, Daddy! Kalung kucing! Yang ada lonceng!"
"Untuk apa?"
"Untuk dipakai Logan dan Jisung!"
Kalung kucing? Untuk apa mereka memakai itu? Jeno kembali diam untuk mencerna. Hingga sesaat setelahnya Jaemin menjelaskan maksud dari perkataan Jisung, kemudian Jeno mengangguk paham dengan kekehan kecil.
Keinginan Jisung tentu saja merupakan permintaan yang mudah, juga permintaan yang memiliki banyak makna hangat dibaliknya yang membuat Jeno seketika mengacak surai lembutnya dan menciumi pria itu gemas.
Malam itu, Jeno dan Jaemin kembali untuk memenuhi apa yang Jisung inginkan. Di dalam ruangan, Taeyong sedang tertidur pulas di sofa seperti biasa, dan di tempat tidur nampak Jisung sedang menyuapi Haechan dengan potongan apel hijau.
Jisung bersorak ketika mengetahui orang tuanya kembali. Ia membuka plastik yang dibawa oleh Jaemin, yang berisi dua buah kalung kucing dan beberapa makanan kucing yang terbuat dari olahan tuna.
"Mommy, Daddy, ayo main dengan Logan!" seru Jisung setelahnya.
"Sudah malam, Jisung. Besok saja, ya?" Bujuk Jaemin.
"Mau sekaraaang!"
"Jisung..."
"Sekarang!"
Lengkingan memekik itu ampuh membuat Jaemin dan Jeno terpaksa mengiyakan keinginan Jisung daripada harus kerepotan menghentikan rengekan kencangnya yang bahkan dapat terdengar hingga keluar ruangan. Tentu saja itu cukup mengganggu, terutama pada seorang kakek penderita asam lambung di kamar sebelah yang cukup pemarah pada anak-anak.
Dalam gendongan Jeno, Jisung panjang lebar berkisah segala hal tentang Logan kepada sang ayah sepanjang mereka bertiga menyusuri koridor. Entah itu tentang kepala Logan yang botak, kantung matanya yang bak panda kurang tidur, kulit pucatnya yang seperti hantu, atau hal lainnya tentang Logan.
Jaemin hanya menyembunyikan senyum tipis di belakang mendengarkan Jisung yang begitu bersemangat pada sahabat barunya. Hingga kemudian ia berhenti melangkah ketika di seberang sana seorang wanita paruh baya nampak keluar dari pintu. Itu ibunya Logan.
"Selamat malam, bibi." Jaemin mempercepat langkah untuk menghampiri, tanpa lupa untuk memberi salam menunduk dengan sopan.
"Ah, ya. Kau..."
"Aku ibunya Jisung."
"Oh, kau? Logan sudah mengatakan tentang Jisung pada kami. Apakah ini Jisung? Dia manis sepertimu."
Jaemin tertawa kecil. "Sebenarnya, Jisung memaksa untuk bermain dengan Logan sekarang. Maaf mengganggu. Apakah ada waktu? Sebentar saja."
Ibu Logan terdiam, melirik sebentar ke dalam ruangan selepasnya tersenyum kembali. "Dia tiba-tiba drop dan harus lebih banyak istirahat. Mungkin, kalian bisa menemuinya lagi besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Disaster (Nomin Remake)
FanfictionRemake story by @ohpurin on Wattpad Bagi Jeno, menikahi Jaemin adalah bencana. Namun hadirnya seorang anak membuat pernikahan mereka menjadi sebuah bencana termanis! NOMIN BXB ✔️ For mature content