Dua bulan pun berlalu dan Jaemin merasakan ada yang tak beres pada perutnya. Pemikiran bahwa dirinya hamil berulang kali ditepisnya walau gejala kehamilan itu semakin terlihat jelas.
Beberapa pekan lalu, Jaemin terus ikut Yangyang makan malam di luar dan mengikuti porsi makan pria manis bermarga Liu itu. Jaemin mengira mungkin itulah sebab mengapa perutnya semakin membesar. Karena merasa risih, hari-hari ini Jaemin berusaha diet untuk mengecilkan perutnya yang tidak seimbang dengan tangan dan kakinya yang seperti tak berdaging.
Tapi sepertinya usaha Jaemin mengecilkan perut sia-sia saja. Yang ada, perutnya makin terasa sakit dan sedikit demi sedikit membengkak. Bahkan akibat dietnya, Jaemin semakin merasa letih dan kondisinya semakin tak baik dari hari ke hari. Beruntung Haechan tak menyadarinya karena Jaemin seringkali menutupi bibir pucatnya dengan warna lipbalm.
Dengan wajah kusut, Jaemin memasuki minimarket untuk memulai shift. Saat matanya tak menemukan Yangyang di seluruh penjuru pandangannya, Jaemin kembali berjalan sembari menengok kanan dan kiri dengan raut kesal.
Seharusnya jika Jaemin belum datang, Yangyang cukup diam diri saja di meja kasir. Jaemin sudah memperingatkan itu berkali-kali. Jika Yangyang tiba-tiba menghilang begini, tak ada yang tahu jika tiba-tiba ada maling yang mencuri diam-diam, kan?
Baru saja Jaemin hendak memanggil nama Yangyang, ia menghentikan langkah kaki sesaat setelah melihat Yangyang sedang bermesraan dengan asiknya dengan seorang lelaki dewasa di depan lemari makanan instan.
Yangyang dan pemuda itu nampak sedang merapikan lemari bersama-sama sesekali diiringi guyonan dan canda tawa.
Jaemin mematung.
Sungguh. Siapakah si tampan yang kini bergurau dengan Yangyang itu?
Yangyang yang dengan cepat menyadari keberadaan seseorang, seketika berdiri seraya melebarkan senyumnya pada Jaemin. "Oh, kau datang."
Jaemin menghampiri mereka, sambil sesekali mencuri pandang ke arah lelaki berambut kecoklatan yang ada di sebelah Yangyang. "Siapa dia?"
Yangyang melirik lelaki di sebelahnya dengan senyuman malu. "Dia... anaknya manager."
Jaemin mengedip dengan mulut terbuka.
Si pria tampan ini? Anak Manager Qian yang setiap hari Yangyang ceritakan itu?!
Selama ini, Yangyang terus menceritakan soal anak manager Qian yang seringkali datang membantunya meringankan pekerjaan sebelum jam kerja Jaemin datang. Yangyang sama sekali tak pernah berkata soal ketampanannya bahkan tak pernah bilang kalau anak manager Qian itu sangat tampan dan mirip seperti tokoh utama pemain drama.
"Namaku Kun. Senang bertemu denganmu." Kun membungkuk sekilas, membuat Jaemin ikut membungkuk kaku.
Jaemin terperangah dengan ketampanannya.
Kalau tidak salah, Yangyang pernah bercerita bahwa anak manager Qian itu sering mengajaknya berkencan.
Bagaimana cara Yangyang bisa menaklukkan pria setampan itu?
Dan beberapa waktu setelah Kun pergi meninggalkan minimarket, Jaemin hampir dibuat serangan jantung ketika Yangyang dengan semangatnya berkata bahwa hari ini ia dan Kun...
telah resmi berpacaran.
Jaemin iri.
Di meja kasir, Jaemin mendengus berat seraya memperhatikan tubuh Yangyang yang melenggak-lenggok ketika sedang mengepel lantai.
Pantas saja Kun menyukainya.
Pria dewasa itu biasanya mesum, kan? Maaf, tapi Jaemin yakin Kun menjadikan postur Yangyang sebagai poin urutan pertama. Setiap orang yang pertama kali bertemu Yangyang tak akan menganggap Yangyang itu tampan karena pipinya sangat tirus. Tapi jika diperhatikan dan dikenal lebih dekat, Yangyang itu punya wajah yang cukup manis. Walaupun tak ada satupun lelaki yang tertarik pada Yangyang setelah mengenal Yangyang lebih jauh karena faktanya pria itu punya kepribadian yang menjengkelkan. Lalu jangan lupakan juga suara pekikan Yangyang yang mengalahkan nyaringnya lengkingan speaker darurat kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Disaster (Nomin Remake)
FanfictionRemake story by @ohpurin on Wattpad Bagi Jeno, menikahi Jaemin adalah bencana. Namun hadirnya seorang anak membuat pernikahan mereka menjadi sebuah bencana termanis! NOMIN BXB ✔️ For mature content