"Selamat malam."
Pria manis itu masih terjaga, merasakan lampu kamar telah dipadamkan, merasakan suaminya memperbaiki selimut yang menutupi tubuh ringkihnya, merasakan kepalanya diusak lembut oleh tangan yang hangat itu.
Jaemin membuka matanya, beberapa saat melarutkan diri dalam keheningan, tak mendengarkan apapun selain suara napas seorang pria yang kini tidur membelakanginya. Ia hanya terus menjatuhkan lamunan pada pundak besar pria itu, membiarkan pikirannya mengkilasbalikkan ucapan Nyonya Lee sehari yang lalu.
Ia menunggu. Ia menunggu Jeno untuk menolak semua keputusan di kediaman keluarga Lee hari itu. Tetapi Jeno tak mengatakan apapun. Walau Jeno berulang kali meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, Jaemin tentunya tetap cemas. Sebab, tak ada keputusan pasti dari pria itu. Ya, atau tidak, Jeno tak memilih salah satunya.
"Kau tak akan meninggalkanku... Kan?"
Jaemin mengalungkan tangannya di perut pria itu, menyandarkan kepala di pundak lebarnya. Ia mengeratkan pelukan, tak mengizinkan suaminya pergi kemanapun. Hingga kemudian Jeno mengusap tangannya pelan, lalu menggenggamnya.
"Jaemin."
"Eum?"
"Kenapa kau takut aku meninggalkanmu?"
"Karena..."
"Karena?"
"Tidak. Aku tidak mau mengatakannya."
"Kenapa?"
"Karena kau sudah tahu jawabannya."
Jaemin merasakan tangan Jeno bergerak melepaskan pelukannya, membalikkan tubuh agar mereka berdua saling berhadapan.
"Biar kutebak. Karena kau mencintaiku?"
Jaemin mencebikkan bibirnya sebal, beranjak bergerak menduduki perut Jeno lalu menangkup kedua pipi pria itu kuat-kuat. "Salah."
"Apa karena malam itu kita--"
"Bukan!"
"Aku menyerah."
Jaemin menghela napas pelan, menurunkan tubuhnya hingga memperpendek jarak diantara wajah mereka berdua. "Karena... aku milikmu. Jadi kau tak akan kemana-mana."
Jeno terkekeh, merengkuh pria manis itu untuk membawanya kembali tidur di sebelahnya. Ia menenggelamkan tubuh kecil Jaemin ke dadanya, menyandarkan dagu pada pucuk kepala istrinya itu dan memejam kembali.
"Hum. Aku tak akan kemana-mana."
"Berjanjilah."
"Aku janji. Tidurlah. Besok kita harus pergi, bukan?"
Jaemin mengangguk dalam dada pria itu, turut membalas pelukan dan menyamankan posisi tidurnya.
"Aku mencintaimu."
.
.
.
"Morning kiss!"
Jeno terkejut ketika Jaemin tiba-tiba muncul dan mencium bibirnya begitu ia baru saja memasuki dapur. Ia menghela senyum kecil, memeluk gemas Jaemin yang tertawa manis dengan mata indahnya.
"Kau belum mandi. Bau!" Jaemin memukul tangan Jeno agar pelukan mereka terlepas. Segera ia membalik tubuh pria itu dan mendorongnya keluar dari dapur. "Mandi dulu lalu turun sarapan. Aku yang masak hari ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Disaster (Nomin Remake)
FanfictionRemake story by @ohpurin on Wattpad Bagi Jeno, menikahi Jaemin adalah bencana. Namun hadirnya seorang anak membuat pernikahan mereka menjadi sebuah bencana termanis! NOMIN BXB ✔️ For mature content