Tiga manusia yang masih memakai seragam sekolahnya berdiri di depan rumah dengan pagar besar berwarna hitam itu, mereka adalah Risma, Salwa dan Ezy.
Mereka bertiga menunggu satpam rumah Risma membukakan pagar agar bisa masuk.
Tidak menunggu waktu yang lama untuk menunggu, akhirnya satpam yang menjaga rumah risma membukakannya dan sekarang mereka bertiga tengah berada di ruang tamu.
Bersih, sepi, hening tidak ada yang bersuara dan tidak ada asal suara. Rumah dengan ukuran besar itu sepi seperti tidak ada penghuni lain, selain Risma.
"Lo tinggal sendiri?." Tanya Salwa yang masih memperhatikan sudut setiap ruangan.
"Sepi banget, lo ga takut apa? "
Risma hanya terseyum kepada Salwa.
"Duduk dulu gue manggil bibi didalem" Ucap Risma dan di anggukin oleh Salwa dan Ezy."Gue kira sendiri taunya ada ART. " Salwa pun duduk diseblah Ezy yang sudah sibuk bermain HP miliknya.
"Bi maaf menganggu, bisa bikinin minum sama sedian makanan ringan ga? Kakak bawa temen." Pinta Risma dengan sopan
"Bisa Non, sebentar ya Bibi ngasih obat ini dulu" Jawab Bibi menunjukkan nampan yang berisi air dan obat itu, Risma mengerti dan mengangguk.
Sudah satu minggu lebih Risma tinggal di kota bandung disini masih banyak yang dia tidak tau, dia sejak kecil di jakarta jadi wajar saja.
Bahkan orang tuanya membawa asisten rumah tangga nya untuk ikut pindah. Banyak yang berbeda disini dengan disana.
"Maaf lama ya." Risma kembali menghampiri Salwa dan Ezy yang tengah sibuk bermain HP.
"Santai aja Ris." Sahut Ezy dan memasukkan HP miliknya kesaku celana.
"Lo tinggal sendiri apa bonyok lo masi kerja Ris?." Tanya Ezy penasaran sebab sendari tadi rumah itu tidak terdapat makhluk lain, selain dia Salwa, satpam juga ART dan Risma.
Ketika Risma ingin menjawab pertanyaan Ezy tiba-tiba saja suara pintu tertutup dengan kasar.
Bruk suara pintu tertutup dengan kasar itu mengalihkan pandangan mereka bertiga kearah suara.
Seorang cowo dengan serangam sekolah yang masih lengkap memasuki ruangan dan menaiki anak tanggan dengan raut wajah yang hanya dia yang tau.
"Anjir siapa tuh? " Salwa berdiri menghampiri Risma yang masi berdiri tidak jauh dari mereka.
Salwa menyipitkan matanya menatap Risma serius.
"Lo sembunyiin cowo ya Ris."Risma yang mendengar itu terkekeh kecil kepada Salwa.
"Itu ade gue Salwa."
"Seriusss demi apa? Ganteng banget."
"Lo ga cerita punya Ade se ganteng gitu ke gue." Salwa kembali duduk dan bersender dikepala kursi.
"Bisa tuh buat gue." Goda Salwa menaik turunkan alisnya.
"Gila semua lo embat, ga bisaa liat cowo ganteng dikit." Ucap Ezy sembari menonyor kepala Salwa pelan dan Salwa hanya tertawa.
"Ade gue masi kecil ya, masi anak SMP." Risma ikut duduk di sofa yang kosong.
"Ya gapapa Ris, mayan brondong." Salwa kembali tertawa dan Ezy jangan ditanya bagaimana ekspresinya, dia sudah seperti orang ingin muntah.
"Ini Non minum sama makanannya" Ucap seorang yang sudah tidak muda lagi yang dikenal sebagai ART dikediaman Risma, panggil saja dia Bi Nun, beliau sudah berkerja sejak Risma masih kecil. Ya wajar jika Bi Nun dianggap keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAkLuk
Teen Fiction"Gue cape ka, kenapa si tuhan ga pernah adil sama gue. " "Lo ga boleh salahin tuhan Sya, sya dengerin gue." Risma menangkup wajah Rasya dengan lembut menatap dalam mata Rasya yang banyak sekali luka kehancuran. "Takdir semua manusia itu berbeda sya...