Flashback
Babel yang sendari tadi menunggu ketiga sahabatnya,memilih mennyantaikan dirinya, dikursi taman sekolah dibawah pohon yang rindang.
Seorang cewe yang melihatnya langsung menghampiri dan itu membuat Babel terkejut.
"Gila, lo ngagetin gue." Babel mengelus dadanya, ia reflks ingin menonyor kepala Risma.
Risma hanya menyengir.
"Bal gue lagi seneng." Risma tersenyum lebar kepada Babel dengan wajah yang memerah.
"Senang karena Ahan?."
"Lo beneran suka sama Ahan?" Tiba-tiba Babel bertanya membuat Risma mengangguk cepat dan ikut duduk disamping Babel.
Dia sudah sering jika bercerita bertingkah seperti ini, apa lagi kalo cerita itu sedih, Babel harus siap menjadi tempat ternyaman buat Risma.
"Sejak kapan?." Babel kembali bertanya.
Risma masih menatap Babel dengan wajah pipi merah merona menahan malu.
"Bisa dibilang, waktu gue di hukum sama dia." Sahut Risma masi dengan malu.
"Dibaperin lo?" Lagi lagi Babel bertanya membuat Risma menghala nafas kecilnya.
"Engga hehe, tapi cerita, info dari Salwa terus dia sering bantu gue, udah buat gue berharap sama dia.? " Risma membenarkan duduknya menatap Babel.
"Ditambah lagi perhatian kecil dari Ahan, yang buat gue suka dari dia." Sambung Risma, Babel pun menolehkan wajahnya ikut menatap Risma .
"Lo bilang, lo belum pernah pacaran, apa lagi suka sama seseorang, tandanya Ahan orang pertama yang masuk di hati lo." Babel menatap Risma lekat.
"Ternyata lo udah bisa ya jatuh cinta" Babel pun tersenyum, membuat Risma ikut tersenyum kepadanya
"Tapi ya Ris, lo sekarang ada diposisi mencintai seseorang dalam diam. Tandanya lo juga harus siap jika perasaan dia beda sama lo" Ucapan Babel membuat Risma terdiam, perkataan dari Babel sangatlah benar ini terlalu awal buat ia mengenal cinta.
"Lo dimata Ahan, hanya sebatas sahabat biasa, sedangkan Ahan di mata lo beda lagi." Babel kembali berucap.
"Iqbal ko lo ngomong gitu." Ucapan Risma membuat Babel terdiam begitu lama.
"Iqbal!" Sepontan Babel terkejut kecil.
"Kenapa Ris?."
"Gue ga salah kan jika naroh harapan ke Ahan?"
"Ga salah Ris, masalahnya cuma di gue aja." Babel mencoba tersenyum kembali.
"Bal lo itu udah kek saudra gue sendiri, gue harap lo selalu dukung keputusan yang setiap gue pilih."
Risma berdiri dari duduknya.
"Bantu gue dapetin Ahan ya." Babel hanya diam sebelum dia mengangguk mengiyakan.
"Ada syaratnya." Babel ikut berdiri disamping Risma.
"Apa?" Risma sedikit bingung.
"Gue harus jadi orang pertama, yang selalu lo cari dan ingat, waktu lo sedih, bahagia, apa pun masalahnya. Lo harus jadiin gue orang pertama itu!" Ucap Babel dengan serius.
Risma pun setuju saja, sebab semenjak kejadian ribut itu dan pertemanan mendadak ini, sampai Babel menawarkan dirinya untuk berbagai cerita, Risma mencoba menerima dan bener saja, Babel orang yang pertama yang selalu ada di pikiran Risma ketika dia lagi sedih maupun bahagia, dengan perasaan tidak ragu lagi ia menceritakan semuanya kepada Babel.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAkLuk
Teen Fiction"Gue cape ka, kenapa si tuhan ga pernah adil sama gue. " "Lo ga boleh salahin tuhan Sya, sya dengerin gue." Risma menangkup wajah Rasya dengan lembut menatap dalam mata Rasya yang banyak sekali luka kehancuran. "Takdir semua manusia itu berbeda sya...