"Lo bisa ga si naik sepeda" Ucap cewe itu dengan kesal.
"Lo bisa diam ga, bawel banget" sahut cowo itu sembari mengayuh sepedanya, mereka Zanna dan Fano.
dengan kesal Zanna menjitak kepala Fano, "Lo sengaja ya bawanya goyang-goyang"
"Eh badan lu tu berat"
"Enak aja, yang berat itu dosa lo"
"Dosa lo, yakali gue" sahut Fano dengan cepat.
"Idih, pokonya dosa lo titik no debat no kacot banyak bacot gue bacok." Zanna tidak ingin kalah melawan Fano.
disisi lain Risma dan Asep hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah keduanya.
"Sep.." panggil Risma, refleks Asep nge-rem sepedanya mendadak membuat Risma terhanyung kedepan.
"Sorry.." Asep tiba-tiba memegang lengan Risma yang berada di stang sepeda. "Eh kenapa Ris.." Risma terdiam merasa bingung dengan Asep.
"Lo kenapa Sep?" Tanya Risma, Asep hanya menatap Risma terdiam, "Lo mau ngomong apaan?" Risma yang posisinya duduk di depan dan mencari posisi nyaman memilih turun dari sepeda.
"Umi lo kenal gue?" Asep terdiam masih menatap Risma dengan lekat.
"Cerita apa aja sama umi?" Risma kembali bertanya.
"Semua.." Sahut Asep, Risma hanya terseyum.
"Lain kali kenalin ya sama umi" pinta Risma membuat Asep mengangguk cepat, "Itu pasti, umi juga minta" Asep dan Risma saling tersenyum.
"Turun Lo.." Dengan kesal Zanna turun dan tidak lupa ia mendorong Fano, "Gue mending jalan kaki" Teriak Zanna di samping Risma.
"Kalian berdua kenapa?" Tanya Risma sembari melirik Zanna dan Fano bergantian.
"Dia bawa sepedanya ga bener, gue dikatain berat." Kesal Zanna.
"Kesell banget gue, boleh ga si gue bunuh" Risma dan yang lain menatap Zanna terbengo.
"Zan berlebihan itu ga baik" Fano mendekat kearah Zanna.
Asep tidak memperdulikan keributan itu, ia menatap langit yang semakin mendung gelap dengan kilat menandakan hujan yang sebantar lagi akan turun
"Mau hujan balik" Asep menuntun sepedanya berjalan terlebih dahulu, disusul mereka dibelakang, masih dengan Zanna yang kesal.
Hujan tiba-tiba saja turun membuat mereka dengan cepat berlari sembari menuntun sepedanya, tetapi berbeda dengan Asep, ia hanya terdiam membiarkan hujan itu membasahinya.
Risma yang melihat itu kembali menghampiri Asep, "Sep ayo, hujannya makin gede" Asep hanya diam tidak merespon ucapan Risma.
"Sep lo nangis" Risma memperhatikan Asep lalu mendekat memegang pipi asep dengan mata yang memerah.
"Gue benci sama hujan" Ucap Asep sembari menatap manik mata Risma yang juga menatapnya, hujan semakin deras membasahi mereka berdua. Fano dan Zanna sudah berteduh didepan Rumah, mereka diam menyaksikan Asep dan Risma yang berdiri ditengah hujan.
"Gue juga benci hujan, karena hujan udah menyaksikan Rasya pergi. sedangkan gue" Risma menangkup kedua pipi Asep menatapnya dengan dalam.
"Apa hujan juga menyaksikan orang yang lo sayang pergi?"
Asep tidak menjawab ia meraih tangan mulus Risma dari wajahnya, memegang nya dengan erat, masih dengan menatap manik mata Risma dengan dalam.
"Izin gue buat egois dapatin lo." Risma terdiam ia mundur setelah mendengarkan ucapan Asep, "Gue ga bisa tepatin omongan gue sama Rasya, dan gue merasa bersalah, sekarang gue pengen jagain lo seperti Rasya mau"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAkLuk
Teen Fiction"Gue cape ka, kenapa si tuhan ga pernah adil sama gue. " "Lo ga boleh salahin tuhan Sya, sya dengerin gue." Risma menangkup wajah Rasya dengan lembut menatap dalam mata Rasya yang banyak sekali luka kehancuran. "Takdir semua manusia itu berbeda sya...